Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Kasus Covid-19 di New York Terbanyak di Dunia? Ini Penyebabnya

Kompas.com - 11/04/2020, 12:58 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

NEW YORK CITY, KOMPAS.com - New York memiliki jumlah kasus Covid-19 terbanyak di dunia, dan sekitar separuh korban meninggal di Amerika Serikat (AS) akibat virus corona ada di sana.

Mengapa itu bisa terjadi, dan apa yang bisa diupayakan pemerintah untuk mengatasinya?

Berikut adalah penjelasannya yang dilansir dari pemberitaan AFP.

Baca juga: Catatkan Kasus Covid-19 Terbanyak di Dunia, New York Gali Kuburan Massal

1. Apakah New York lebih rentan?

Pada Jumat (10/4/2020) negara bagian New York memiliki hampir 160.000 kasus Covid-19 yang dikonfirmasi. Jumlah ini melebihi negara-negara Eropa dengan dampak terparah seperti Italia dan Spanyol.

Gubernur New York Andrew Cuomo berulang kali telah mengatakan, bahwa kepadatan dan jumlah pengunjung asing menjadikan New York City tempat penyebaran ideal untuk penyakit menular.

Ibu kota keuangan AS tersebut berpopulasi 8,6 juta jiwa. Ada 10.000 orang per kilometer persegi, menjadikannya kota terpadat di Negeri "Uncle Sam".

Jutaan penumpang kereta komuter berdesakan di kereta bawah tanah setiap hari, bahkan menjaga jarak di trotoar pun terkadang sulit karena saking sesaknya.

Baca juga: [POPULER GLOBAL] Tablighi Jamaat Disorot | New York Siapkan Kuburan Massal

New York City (NYC) memiliki lebih dari 60 juta wisatawan per tahun, dan merupakan titik masuk ke AS bagi banyak pelancong.

Itu berarti, siapa pun yang membawa virus corona kemungkinan akan menulari orang lain lebih dulu di sana.

Ahli genetika AS memperkirakan bahwa virus corona mulai menyebar di NYC dari Eropa pada Februari, sebelum kasus pertama dikonfirmasi di New York pada 1 Maret.

Kota berjuluk "Big Apple" ini juga memiliki ketimpangan sosial ekonomi yang masif.

Baca juga: Studi Genom Tunjukkan Kasus Virus Corona di New York dari Eropa

Daerah-daerah yang super padat dan miskin seperti di Bronx dan Queens, mencatatkan tingkat infeksi tertinggi.

Alat berat terlihat sedang dioperasikan untuk menggali kuburan massal di Hart Island, New York City, New York, Amerika Serikat. Foto diambil pada 8 April 2020.LUCAS JACKSON/REUTERS Alat berat terlihat sedang dioperasikan untuk menggali kuburan massal di Hart Island, New York City, New York, Amerika Serikat. Foto diambil pada 8 April 2020.
Bronx dan Queens juga merupakan tempat tinggal banyak penderita masalah kesehatan yang kesulitan mendapat perawatan medis.

"NYC memiliki semua prasyarat yang akan memperkuat alasan kenapa dampaknya terparah," kata Irwin Redlener, profesor kesehatan masyarakat dan pakar persiapan bencana di Universitas Columbia.

Baca juga: Peneliti Sebut Virus Corona yang Menyebar di Kota New York Berasal dari Eropa

2. Apakah pejabat meremehkan risiko?

Pada 2 Maret ketika kasus kedua dikonfirmasi di New Rochelle bagian utara NYC, Cuomo mengatakan sistem perawatan kesehatannya adalah yang terbaik "di planet ini."

"Kami bahkan tidak berpikir itu akan sama buruknya dengan di negara lain," tambahnya saat itu, dikutip dari AFP.

Setelah banyak keraguan melingkupi, akhirnya Wali Kota New York City Bill de Blasio mengumumkan penutupan sekolah, bar, dan restoran mulai 16 Maret.

Gambar yang diambil dari drone menunjukkan jenazah korban virus corona dimakamkan di pemakaman massal Hart Island, New York, Amerika Serikat (AS). Foto diambil pada 9 April 2020.LUCAS JACKSON/REUTERS Gambar yang diambil dari drone menunjukkan jenazah korban virus corona dimakamkan di pemakaman massal Hart Island, New York, Amerika Serikat (AS). Foto diambil pada 9 April 2020.
Gubernur lalu memerintahkan semua bisnis yang tidak penting untuk ditutup, dan seminggu kemudian penduduk diperintahkan tetap di rumah mulai 22 Maret.

Baca juga: Korban Meninggal Virus Corona di New York Lampaui Tragedi 9/11

Para ahli mengatakan, kebijakan ini butuh waktu terlalu lama untuk ditempuh.

"Wali kota dan gubernur saling tarik menarik antara dua kekuatan yang berlawanan."

"Yang satu mengatakan kita harus menutup sekolah dan restoran secepat mungkin, yang lain mengatakan ada banyak konsekuensi ekonomi dan sosial dari menutup semuanya lebih awal," kata Redlener.

"Semua orang mendapat pesan yang bercampur, termasuk dari pemerintah federal, dari (Presiden Donald) Trump," imbuhnya.

Baca juga: Sejumlah Sekolah di New York Dilarang Pakai Zoom

3. Apakah reaksi di negara bagian lain lebih baik?

California negara bagian terpadat di AS, sering dicontohkan sebagai yang terbaik dalam merespons wabah virus corona.

Hingga Jumat (10/4/2020) California mencatatkan total 20.200 kasus dengan 550 korban meninggal.

Pada 16 Maret enam kabupaten di wilayah Teluk San Francisco mengeluarkan perintah untuk tetap di rumah, lalu diikuti secara keseluruhan oleh negara bagian 3 hari kemudian.

Baca juga: Kamar Mayat Hampir Penuh, New York Akan Makamkan Jenazah Korban Covid-19 di Taman

"Satu hal yang saya anggap signifikan adalah bahwa 6 kabupaten tetangga berkumpul dan mengeluarkan perintah (larangan keluar) yang sama, dan mereka melakukannya lebih awal," kata Meghan McGinty seorang doktor di sekolah kesehatan masyarakat Universitas Johns Hopkins.

"Ada konsistensi, berbeda dengan NYC yang mengambil satu kebijakan, lalu Westchester mengambil kebijakan lain, dan Long Island melakukan yang lain," ungkapnya pada kantor berita AFP.

Baca juga: Lima WNI di New York Positif Covid-19, Satu Orang Meninggal

Ada jeda 6 hari antara perintah penutupan sekolah dan perintah agar penduduk tetap di rumah.

"Dalam istilah epidemi, enam hari layaknya satu tahun dan benar-benar dapat membuat perbedaan dalam kontrol dan penyebaran epidemi."

"Jadi saya pikir mungkin bisa dikatakan, dalam retrospeksi, New York menunggu terlalu lama," kata McGinty.

Baca juga: Miliarder China Ini Sumbang 2,6 Juta Masker untuk Kota New York

4. Siapa yang disalahkan?

Ketika krisis nantinya berlalu, tudingan untuk saling menyalahkan mungkin dimulai.

Cuomo dan de Blasio dari Partai Demokrat selama berminggu-minggu telah menyesalkan keterlambatan administrasi Trump dalam menjalankan tes Covid-19 di negara-negara bagian. Bahkan sampai sekarang jumlah tesnya belum mencukupi.

Para pejabat New York juga mengarahkan sorotan tajam ke pemerintah federal yang dinilai lambat dalam menyuplai ventilator (alat bantu pernapasan).

Baca juga: Restoran Bintang Michelin di New York Bantu Warga Terdampak Covid-19, Bagaimana dengan Indonesia?

Dengan jumlah korban virus corona yang jauh melebihi korban tewas dari tragedi 9/11, Phil Murphy selaku Gubernur New Jersey yang bersebelahan dengan New York yang juga terdampak buruk, memiliki satu usul.

Ia menyarankan pembentukan komisi yang mirip dengan komisi penyelidikan saat peristiwa 9/11 terjadi pada 2001.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com