Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wabah Virus Corona Mulai Mereda, Otoritas China Cabut Lockdown di Hubei

Kompas.com - 25/03/2020, 14:17 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - Pada Rabu (25/03/2020), di provinsi Hubei, China, pemerintah setempat mulai membebaskan 60 juta warganya dari lockdown akibat penyebaran wabah virus corona yang berpusat di Wuhan, Hubei, China.

Hal itu menyiratkan tanda bahwa pemerintah China mulai percaya diri dalam tindakan mereka mengatasi wabah virus corona.

Ibu kota provinsi Hubei, kota Wuhan adalah kota paling terdampak. Untuk itu, kota tersebut masih ditutup dan baru akan dibuka pada 8 April mendatang. Meski begitu, transportasi publik sudah mulai beroperasional di sana.

Baca juga: Terus Bertambah, Total WNI Positif Corona di Singapura Jadi 25 Orang

Pembukaan terhadap kota yang dikunci adalah sinyal paling baru dari pemerintah China yang telah 'menjinakkan' wabah virus corona.

Di seluruh Eropa dan AS, kasus infeksi baru terus meningkat, persediaan medis hampir habis dan banyak rumah sakit kewalahan.

Pejabat pemerintah di seluruh dunia juga memerintahkan warganya untuk tinggal di rumah, seperti halnya China terhadap Hubei di awal wabah merebak.

Baca juga: Pemerintah Iran Tolak Bantuan LSM Atasi Virus Corona

Ketika lockdown mulai dicabut...

Beberapa jam setelah aturan ketat lockdown diumumkan melonggar, dan setelah pejabat di Wuhan melaporkan adanya nol kasus infeksi virus corona, dikabarkan seorang dokter di sana positif mengidap virus tersebut. 

Berbagai kabar juga mengklaim bahwa otoritas kesehatan telah menemukan beberapa kasus infeksi baru namun tidak mengatakan berapa banyak orang yang terinfeksi tanpa gejala (asimptomatik).

Pada Kamis (19/03/2020) China melaporkan nol infeksi baru yang ditularkan secara lokal untuk pertama kalinya.

Baca juga: Belum Selesai Virus Corona, Seorang Pria Tewas akibat Hantavirus di China

Tetapi, pengguna media sosial di China pada hari berikutnya mengedarkan foto-foto pemberitahuan dari lokasi tertentu di Wuhan yang mengumumkan kasus infeksi baru terdeteksi.

Munculnya kemarahan dan kebingungan sedemikian rupa membuat pemerintah Wuhan merilis pernyataan pada akun media sosial resmi mereka pada Minggu (22/03/2020) bahwa mereka membantah telah menyembunyikan kasus baru.

Otoritas China mengaku telah menguji seorang pasien positif dengan tanpa gejala dan tetap memantau namun tidak dihitung sebagai kasus baru karena dia belum menunjukkan gejala sakit.

Baca juga: [POPULER GLOBAL] Kabar Baik, 103.396 Pasien Virus Corona Sembuh | Total Korban Meninggal di AS Bertambah 29 Orang dalam 24 Jam

Dengan begitu artinya, otoritas China hanya menghitung pasien apabila gejala infeksi virusnya tampak.

Pendekatan ini bertentangan dengan pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa semua orang yang dites dan memiliki hasil positif harus dianggap sebagai kasus yang dikonfirmasi, terlepas dari apakah mereka menunjukkan gejala atau tidak.

Pada Minggu (22/03/2020), dilansir dari South China Morning Post, melaporkan bahwa pasien asimptomatik sebanyak sepertiga dari mereka yang dites positif.

Baca juga: Perangi Virus Corona, India Lockdown Total Selama 21 Hari

Caixin, sebuah majalah China yang reputasinya disegani melaporkan pada Selasa (24/03/2020) puluhan pasien tanpa gejala masih dinyatakan positif di Wuhan setiap hari namun dikeluarkan dari statistik publik yang dilaporkan pemerintah.

Laporan itu mengutip anggota tim anonim Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular di Wuhan.

Bahkan pasien tanpa gejala bisa menginfeksi orang lain. Para ahli mengatakan bisa jadi ada jumlah pasien asimptomatik yang tidak diketahui di luar yang sudah dipantau.

Baca juga: Arab Saudi Umumkan Kematian Pertama akibat Virus Corona

“Infeksi asimptomatik jelas merupakan penyebab potensial untuk kekhawatiran dan penularan,” kata Dr. Peiris di Universitas Hong Kong.

Dia menambahkan bahwa, “tidak layak untuk menguji ribuan orang yang sama sekali tidak memiliki gejala untuk mencari bukti infeksi asimptomatik.”

Ada izin bepergian

Dalam pengumuman pencabutan lockdown yang dilansir dari The New York Times, otoritas Hubei mengaku keadaan normal sepenuhnya masih jauh. 

Sekolah masih akan ditutup sampai penilaian saintifik menentukan kapan dapat dibuka kembali dengan aman.

Pejabat setempat juga berhati-hati untuk tidak membiarkan lonjakan perjalanan yang dapat menyebabkan gelombang infeksi baru.

Baca juga: Antisipasi Corona, Singapura Batasi Perkumpulan Maksimal 10 Orang

Meski lockdown sudah dicabut, tetap ada batasan pada siapa saja yang ingin bepergian. Mereka yang ingin meninggalkan Hubei harus punya kode kesehatan 'hijau' dari pihak berwenang setempat yang menyatakan mereka sehat.

Pemerintah China juga telah mengklasifikasikan risiko kesehatan warga menggunakan teknologi pada ponsel pintar (smartphone) mereka.

Meski berhati-hati, pemerintah Hubei juga mencoba menjelaskan keinginan mereka untuk memulai kembali perekonomian provinsi dan China secara umum.

Baca juga: Kabar Baik di Tengah Virus Corona: 103.000 Orang di Seluruh Dunia Sembuh

Selama lockdown, pabrik-pabrik nasional di China telah berhenti produksi. Penjualan ritel dan investasi menjadi anjlok.

Para analis ekonomi mengatakan kalau seluruh ekonomi China mungkin akan menyusut pada bulan-bulan pertama yang menjadi kontradiksi ekonomi pertama di negara itu sejak 1976.

Otoritas Hubei, dalam pengumuman mereka juga mendesak para pejabat lokal untuk memulai kembali produksi dengan cara "aktif dan tertib".

Serta bekerja keras untuk meminimalkan kerugian yang disebabkan oleh epidemi, dan mendapatkan kembali pembangunan normal ekonomi juga sosial sesegera mungkin.

Baca juga: Update Virus Corona 24 Maret: China akan Cabut Lockdown Wuhan | Inggris Lockdown 3 Minggu

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com