Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teori Herd Immunity PM Inggris Atasi Virus Corona Terbukti Gagal

Kompas.com - 23/03/2020, 13:57 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

LONDON, KOMPAS.com - Pada awalnya, Inggris mengurus masalah domestiknya sendiri terkait wabah virus corona. Perdana Menteri Inggris menyebut tindakan itu sebagai go-it-alone (sebuah tindakan pembiaran atas wabah virus corona) yang memuat teori herd immunity atau kelompok kebal.

Menurut Asosiasi Profesional Pengendalian Infeksi dan Epidemologi (APIC) AS, kekebalan kelompok terjadi ketika persentasi komunitas kebal penyakit tinggi, (entah karena melalui vaksinasi mau pun telah melewati fase infeksi).

Hal itu membuat penyebaran penyakit dari satu orang ke orang lainnya berhenti. Meski pun ada kelompok atau individu tidak kebal lain di masyarakat itu seperti (bayi baru lahir yang tidak mungkin mendapat vaksin penyakit tertentu dan orang dengan kelainan imun).

Kelompok tidak kebal itu akan tetap mendapat perlindungan karena kemampuan penyakit untuk menular sudah sangat kecil.

Sementara negara di benua Eropa lainnya telah menutup sekolah dan menempatkan para tentara di jalanan untuk menertibkan peraturan karantina, pemerintah Inggris hanya meminta warganya untuk tenang dan beraktivitas seperti biasa.

Baca juga: Pakar Sebut Rencana Herd Immunity guna Atasi Virus Corona Tak Perlu Dilakukan

Dilansir dari Foreign Policy, mulanya, pemerintah Inggris masih membiarkan sekolah, restoran, teater dan klub juga tempat olahraga dalam kondisi terbuka untuk umum.

Hanya warga di atas usia 70 tahun dengan kondisi flu atau gejala-gelaja serupa Covid-19 yang harus menetap di rumah.

 

Respon Inggris yang lambat kemarin didorong oleh teori kontroversial yang dianut petinggi ilmuwan pemerintah Inggris.

Mereka meyakini bahwa cara terbaik untuk meringankan konsekuensi jangka panjang dari wabah adalah membiarkan virus menyebar secara alami untuk menular ke seluruh populasi dan menciptakan populasi menjadi kebal sesudahnya.

Namun, pada Senin malam (16/03/2020), teori itu bertabrakan dengan fakta. Sebuah analisis baru oleh ahli imunologi di Imperial College London dan London School of Hygiene and Tropical Medicine tentang dampak virus corona di Italia menunjukkan bahwa sebanyak 30 persen pasien yang dirawat di rumah sakit dengan virus itu memerlukan perawatan intensif.

Angka-angka penelitian itu jika terjadi di Inggris, akan cepat membuat Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) kewalahan.

Baca juga: Rawat Pasien Virus Corona, Dokter di Perancis Meninggal Terkena Covid-19

Selang beberapa jam laporan studi itu keluar, Perdana Menteri Boris Johnson muncul pada jumpa pers terkait berita harian virus corona untuk membatalkan kebijakan tentang 'herd immunity' atau kekebalan kelompok.

Dia mengatakan bahwa sejak itu, setiap orang di Inggris harus mencoba bekerja dari rumah dan menahan diri dari perjalanan juga kontak sosial yang tidak diperlukan.

Strategi Johnson, go-it-alone dengan memuat konsep herd immunity selama ini telah mendapat kecaman dari pemimpin oposisi dan pejabat di luar negeri.

Pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn mengecam pemerintah karena 'berpuas diri' dan 'jauh di belakang kurva' dalam penanganan wabah virus corona.

Baca juga: Kobarkan Perang Lawan Corona, India Juga Umumkan Lockdown

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Amunisi Buatan AS Digunakan Dalam Serangan Israel di Rafah

Amunisi Buatan AS Digunakan Dalam Serangan Israel di Rafah

Internasional
Rangkuman Hari Ke-827 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Tengah Malam Kharkiv | Polemik Ratusan Warga Sri Lanka Ditipu Jadi Tentara Rusia

Rangkuman Hari Ke-827 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Tengah Malam Kharkiv | Polemik Ratusan Warga Sri Lanka Ditipu Jadi Tentara Rusia

Global
Hamas Tegaskan Tak Akan Lanjutkan Negosiasi jika Israel Terus Menyerang

Hamas Tegaskan Tak Akan Lanjutkan Negosiasi jika Israel Terus Menyerang

Global
Trump Dinyatakan Bersalah atas 34 Tuduhan Kejahatan

Trump Dinyatakan Bersalah atas 34 Tuduhan Kejahatan

Global
Pemerintah Slovenia Setujui Pengakuan Negara Palestina Merdeka

Pemerintah Slovenia Setujui Pengakuan Negara Palestina Merdeka

Global
Israel Rebut Koridor Utama Gaza-Mesir, Pertempuran Rafah Kian Sengit

Israel Rebut Koridor Utama Gaza-Mesir, Pertempuran Rafah Kian Sengit

Global
[POPULER GLOBAL] Israel Rebut Seluruh Perbatasan Gaza dengan Mesir | Larangan Ukraina Pakai Senjata Barat

[POPULER GLOBAL] Israel Rebut Seluruh Perbatasan Gaza dengan Mesir | Larangan Ukraina Pakai Senjata Barat

Global
Bantuan Lewat Rafah Terhambat, Israel Buka Kembali Penjualan Makanan di Gaza

Bantuan Lewat Rafah Terhambat, Israel Buka Kembali Penjualan Makanan di Gaza

Global
Diduga Jalankan Jaringan Malware Terbesar yang Pernah Ada, Pria China Ditangkap

Diduga Jalankan Jaringan Malware Terbesar yang Pernah Ada, Pria China Ditangkap

Global
Gambar AI 'All Eyes on Rafah' Dibagikan Lebih dari 40 Juta Kali di Instagram

Gambar AI "All Eyes on Rafah" Dibagikan Lebih dari 40 Juta Kali di Instagram

Global
Di India, Kotoran Sapi Bisa Diubah Menjadi Energi Alternatif

Di India, Kotoran Sapi Bisa Diubah Menjadi Energi Alternatif

Global
India Dilanda Gelombang Panas, Suhu Dekati 50 Derajat Celsius

India Dilanda Gelombang Panas, Suhu Dekati 50 Derajat Celsius

Global
Guru dan Murid Rohingya Dibunuh Orang-orang Bersenjata di Bangladesh

Guru dan Murid Rohingya Dibunuh Orang-orang Bersenjata di Bangladesh

Global
Kampanye Pemilu Meksiko 2024 Paling Berdarah Sepanjang Sejarah, Puluhan Calon Tewas Dibunuh

Kampanye Pemilu Meksiko 2024 Paling Berdarah Sepanjang Sejarah, Puluhan Calon Tewas Dibunuh

Global
Siapa Itu Hong Kong 47 dan Apa Tujuan Mereka?

Siapa Itu Hong Kong 47 dan Apa Tujuan Mereka?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com