Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Sebut Rencana Herd Immunity guna Atasi Virus Corona Tak Perlu Dilakukan

Kompas.com - 23/03/2020, 12:42 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

LIVERPOOL, KOMPAS.com - Pakar asal Inggris menyebutkan, ide menggeber herd immunity guna mengatasi virus corona tidak perlu dilakukan jika social distancing dijalankan dengan benar.

Ide tersebut muncul pada pertengahan Maret, di mana Perdana Menteri Boris Johnson mencetuskannya guna mengatasi penyebaran wabah.

Penyebabnya, hingga saat ini, sekitar 337.000 orang di seluruh dunia terinfeksi virus corona, dengan 14.665 orang meninggal karena virus corona.

Baca juga: Belajar Menangani Virus Corona dari Taiwan...

Jadi, apa itu herd immunity?

Dilansir Al Jazeera, Jumat (20/3/2020), herd immunity adalah sekelompok besar orang yang mempunyai kekebalan atas suatu penyakit demi menghentikan penyebarannya.

Bagi imunitas kelompok itu, tidak penting apakah mereka mendapatkannya melalui vaksinasi atau sengaja tertular. Yang jelas, mereka harus kebal.

Di tengah banyaknya orang yang terinfeksi Covid-19, penyakit yang disebabkan corona, muncul harapan yang sembuh "merekam" penyakit itu agar tak tertular lagi.

Berdasarkan data dari Universitas Johns Hopkins ataupun yang ada di situs Worldometer, sekitar 98.000 orang di Bumi ini dinyatakan sembuh.

Definisi soal apa itu herd immunity disampaikan oleh Martin Hibberd, profesor penyakit menular di London School of Hygiene & Tropical Medicine.

"Ketika 70 persen populasi terinfeksi dan sembuh, peluang wabah menyebar semakin kecil karena lebih banyak orang telah kebal. Itulah herd immunity," kata dia.

Baca juga: Bertambah, Deretan Artis Dunia yang Terinfeksi Virus Corona

Pakar sebut tidak perlu dilakukan

Dengan adanya wabah virus corona, bukti baru menunjukkan bahwa satu orang yang tertular bisa menginfeksi sekitar 2-3 lainnya.

Itu berarti, jika tidak ada langkah lain yang akan diambil, kekebalan kelompok akan terjadi tatkala 50-70 persen populasi yang terinfeksi sembuh dan kebal.

"Tetapi (kekebalan kelompok), tidak harus dan tidak perlu dilakukan," jelas Matthew Baylis, profesor di Institute of Infection, Veterinary and Ecological Sciences at Liverpool University.

Menurut Baylis, ide tersebut bisa dilakukan jika social distancing, seperti meliburkan sekolah, menghindari kerumunan, atau bekerja dari rumah, dilakukan secara tepat.

"Dari sudut pandang epidemiologi, triknya adalah mengurangi orang yang biasa terlibat kontak dengan kita. Jadi kita bisa menghindari risiko penyebaran," paparnya.

Bahkan, Hibberd mengaku khawatir sengaja membiarkan 70 persen masyarakat tertular demi menciptakan kekebalan kelompok adalah cara bijak untuk dilakukan.

Baca juga: Sicat Corona, Alat Pembasmi Virus di Malang Karya Mahasiswa Brawijaya

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Global
Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Global
Kesalahan Teknis. Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Kesalahan Teknis. Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Global
5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

Global
AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

Global
Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Global
Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Global
Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Internasional
Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Global
Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Global
Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Global
Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Global
Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Global
Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Global
Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com