LIVERPOOL, KOMPAS.com - Pakar asal Inggris menyebutkan, ide menggeber herd immunity guna mengatasi virus corona tidak perlu dilakukan jika social distancing dijalankan dengan benar.
Ide tersebut muncul pada pertengahan Maret, di mana Perdana Menteri Boris Johnson mencetuskannya guna mengatasi penyebaran wabah.
Penyebabnya, hingga saat ini, sekitar 337.000 orang di seluruh dunia terinfeksi virus corona, dengan 14.665 orang meninggal karena virus corona.
Baca juga: Belajar Menangani Virus Corona dari Taiwan...
Dilansir Al Jazeera, Jumat (20/3/2020), herd immunity adalah sekelompok besar orang yang mempunyai kekebalan atas suatu penyakit demi menghentikan penyebarannya.
Bagi imunitas kelompok itu, tidak penting apakah mereka mendapatkannya melalui vaksinasi atau sengaja tertular. Yang jelas, mereka harus kebal.
Di tengah banyaknya orang yang terinfeksi Covid-19, penyakit yang disebabkan corona, muncul harapan yang sembuh "merekam" penyakit itu agar tak tertular lagi.
Berdasarkan data dari Universitas Johns Hopkins ataupun yang ada di situs Worldometer, sekitar 98.000 orang di Bumi ini dinyatakan sembuh.
Definisi soal apa itu herd immunity disampaikan oleh Martin Hibberd, profesor penyakit menular di London School of Hygiene & Tropical Medicine.
"Ketika 70 persen populasi terinfeksi dan sembuh, peluang wabah menyebar semakin kecil karena lebih banyak orang telah kebal. Itulah herd immunity," kata dia.
Baca juga: Bertambah, Deretan Artis Dunia yang Terinfeksi Virus Corona
Dengan adanya wabah virus corona, bukti baru menunjukkan bahwa satu orang yang tertular bisa menginfeksi sekitar 2-3 lainnya.
Itu berarti, jika tidak ada langkah lain yang akan diambil, kekebalan kelompok akan terjadi tatkala 50-70 persen populasi yang terinfeksi sembuh dan kebal.
"Tetapi (kekebalan kelompok), tidak harus dan tidak perlu dilakukan," jelas Matthew Baylis, profesor di Institute of Infection, Veterinary and Ecological Sciences at Liverpool University.
Menurut Baylis, ide tersebut bisa dilakukan jika social distancing, seperti meliburkan sekolah, menghindari kerumunan, atau bekerja dari rumah, dilakukan secara tepat.
"Dari sudut pandang epidemiologi, triknya adalah mengurangi orang yang biasa terlibat kontak dengan kita. Jadi kita bisa menghindari risiko penyebaran," paparnya.
Bahkan, Hibberd mengaku khawatir sengaja membiarkan 70 persen masyarakat tertular demi menciptakan kekebalan kelompok adalah cara bijak untuk dilakukan.
Baca juga: Sicat Corona, Alat Pembasmi Virus di Malang Karya Mahasiswa Brawijaya