Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rendahnya Konsumsi Kakao Indonesia dan Upaya Meningkatkannya

Kompas.com - 15/11/2022, 18:12 WIB
Krisda Tiofani,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari Kakao Indonesia ke-10 baru saja diperingati pada 16 September 2022. Sambutan Ketua Dewan Kakao Indonesia sekaligus pengumuman kompetisi biji kakao dan cokelat di Sial Interfood menjadi puncaknya pada Sabtu (12/11/2022).

Meningkatkan konsumsi kakao lokal merupakan salah satu fokus puncak peringatan ini, seperti tertulis dalam tema peringatannya, "Menuju Indonesia Sebagai Produsen dan Konsumen Kakao Berkelanjutan".

"Perlu kita ketahui bersama bahwa memang Indonesia ini konsumsi cokelat nasionalnya masih sangat rendah. Konsumsi kita masih sekitar 0,4 kilogram cokelat per kapita per tahun," ujar Ketua Dewan Kakao Indonesia Soetanto Abdoellah.

Angka tersebut rendah bila dibandingkan Swiss yang konsumsi cokelat negaranya mencapai lebih dari 10 kilogram per kapita per tahun.

Padahal menurut Soetanto, konsumsi cokelat memiliki hubungan positif dengan Gross National Product (GNP) dan tingkat kesejahteraan penduduk di sebuah negara.

"Kami dari panitia dan semua juga akan setuju bahwa kita jangan hanya sebagai produsen kakao, tetapi juga sebagai konsumen, artinya bahwa rakyat kita sejahtera, rakyat kita juga akan hidup dengan sehat," jelasnya.

Namun, rendahnya konsumsi kakao di Indonesia menjadi masalah tersendiri yang menurut Soetanto, angkanya harus ditingkatkan.

Baca juga:

Upaya tingkatkan konsumsi cokelat

Biji kakao jenis Edel yang diekspor dan dihargai 100 rupiah per bijiKOMPAS.COM/Ira Rachmawati Biji kakao jenis Edel yang diekspor dan dihargai 100 rupiah per biji

Sejumlah upaya pun digerakkan untuk mencapai target konsumsi kakao di Indonesia secara merata.

Salah satu cara meningkatkan konsumsi kakao di Indonesia adalah fokus membuat olahan cokelat, seperti disampaikan Direktur Jenderal Industri Agro Putu Juli Ardika.

Sekian banyak produk olahan cokelat yang ada, Putu menilai bahwa produk minuman siap konsumsi merupakan cara paling efektif untuk mengatasi masalah ini.

Soetanto menambahkan, pelurusan isu negatif terkait konsumsi cokelat juga diperlukan dalam hal ini.

Misalnya, besarnya kepercayaan masyarakat terhadap isu makan cokelat yang memengaruhi kesehatan gigi anak.

"Dulu kan ada isu bahwa makan cokelat bisa merusak gigi, jadi anak-anak itu tidak boleh makan cokelat karena nanti giginya keropos. Itu tidak benar," tutur Soetanto.

Ia menyampaikan, cokelat justru termasuk makanan menyehatkan. Khususnya untuk jenis dark chocolate dengan kandungan biji kakao cukup besar dan antioksidan yang baik bagi kesehatan.

Baca juga:

@my.foodplace Halo rek! Foodplace mau ngasih resep sambal khas Surabaya, namanya sambal penyet! Selain pedesnya puol, sambal satu ini juga segar karena ada jeruk purutnya.. Ngiler gak tuh????????? Kali ini sambal penyet bakalan dipasangin sama terong, tempe dan ikan asin. Yuk cobain bikin, siap-siap ngabisin nasi putih ???? Langsung simak aja resep berikut ini ya???????? Jangan lupa follow @my.foodplace dan baca resep selengkapnya klik link yang ada di bio, ya! #kompascom #foodplace #resepmudah #resepsimple #sambalterong #penyet #serunyabelajar ? original sound - Foodplace
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com