Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/02/2022, 19:04 WIB
Suci Wulandari Putri Chaniago,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ada produsen cokelat yang fokus mengolah buah kakao lokal untuk dijadikan sebagai oleh-oleh di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul.

Namanya Griya Cokelat Nglanggeran, produsen cokelat ini fokus mengembangkan potensi kakao sebagai sumber daya alam di sana dan melibatkan masyarakat lokal untuk memproduksi cokelat.

Kompas.com berkesempatan untuk berbincang melalui sambungan telepon bersama manajer Griya Cokelat Nglanggeran Sugeng Handoko.

Baca juga:

Ingin mengoptimalkan potensi alam Nglanggeran

Dokumentasi masyarakat Nglanggeran mengolah buah kakaoDok. Sugeng Handoko Dokumentasi masyarakat Nglanggeran mengolah buah kakao

Sugeng menceritakan bahwa Griya Cokelat Nglanggeran didirikan sebagai insiasi pengembangan cokelat yang ada di Nglanggeran. Ia ingin produk cokelat dijadikan sebagai oleh-oleh khas Nglanggeran.

Usaha ini bermula pada 2010, saat itu Griya Cokelat Nglanggeran masih mengolah cokelat dari perkebunan masyarakat lokal dengan cara tradisional. Produk yang pertama kali dibuat pada saat itu yakni dodol cokelat.

"Kita sudah mengolah cokelat sejak akhir tahun 2010 dan awal 2011, tetapi belum secara intens, waktu itu kami mengolah dodol," kata Sugeng saat dihubungi Kompas.com pada Kamis (27/1/2022).

Pengerjaan dodol saat itu masih beranggotakan tiga hingga empat orang penduduk dan masih didominasi oleh kaum perempuan khususnya ibu-ibu.

Seiring berjalannya waktu hingga pada 2014, produksi cokelat di Nglanggeran mendapat dukungan dari berbagai pihak seperti BPTBA LIPI, Bank Indonesia, dan Dishutbun Gunungkidul.

Sejak 2014 pengolahan cokelat yang awalnya hanya memanfaatkan sumber daya yang ada, kemudian beralih menggunakan teknologi yang membantu proses produksi cokelat.

"Kami bersyukur mendapat pendampingan dari LIPI, Bank Indonesia, dan Dishutbun Gunungkidul, karena kami bisa lebih mengoptimalkan kakao, mulai dari budidaya, pengolahan pascapanen, pengolahan kakao jadi produk, hingga distribusi produk," kata Sugeng.

Setelah mengalami transfer teknologi pada 2014, Griya Cokelat Nglanggeran baru diresmikan pada 2 Desember 2016. 

Baca juga:

Menggandeng masyarakat lokal

Ilustrasi produk cokelat di Griya Cokelat NglanggeranDok. Sugeng Handoko Ilustrasi produk cokelat di Griya Cokelat Nglanggeran

Selain memanfaatkan sumber daya alam, Sugeng juga menggandeng masyarakat lokal sebagai pekerja untuk memproduksi cokelat.

Sugeng mengatakan bahwa keberadaan Griya Cokelat Nglanggeran tidak hanya sebatas produsen melainkan juga melibatkan masyarakat lokal untuk bekerja sama memajukan potensi alam yang ada.

Penambahan jumlah pekerja dimulai dengan adanya sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat tentang potensi alam Nglaggeran. Pelatihan ini ditujukan unutk semua masyarakat Nglanggeran.

"Sistemnya dimulai dari pelatihan kepada masyarakat terlebih dahulu, ini sebenarnya terbuka untuk semua masyarakat yang tertarik mengembangkan potensi cokelat di Nglanggeran," katanya.

Pelatihan ini melibatkan lima dusun yang ada di Nglanggeran. Masing-masing dusun nantinya akan mengirimkan sepuluh orang perwakilan.

Meskipun keinginan memajukan potensi alam lokal di Griya Cokelat Nglanggeran dinilai baik tetapi hal ini tidak mendapat dukungan sepenuhnya dari masyarakat pada awal pelatihan.

"Tapi namanya juga proses, pasti ada semacam penolakan dari masyarakat. Jadi setelah pelatihan dilakukan, ada masyarakat yang tetap ikut, ada juga yang tidak meneruskan," katanya.

Hingga saat ini Griya Cokelat Nglanggeran memiliki anggota sebanyak 23 orang dan umumnya didominasi oleh kelompok perempuan.

Baca juga:

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com