Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Griya Cokelat Nglanggeran, Kembangkan Potensi Kakao Gunungkidul

KOMPAS.com - Ada produsen cokelat yang fokus mengolah buah kakao lokal untuk dijadikan sebagai oleh-oleh di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul.

Namanya Griya Cokelat Nglanggeran, produsen cokelat ini fokus mengembangkan potensi kakao sebagai sumber daya alam di sana dan melibatkan masyarakat lokal untuk memproduksi cokelat.

Kompas.com berkesempatan untuk berbincang melalui sambungan telepon bersama manajer Griya Cokelat Nglanggeran Sugeng Handoko.

Sugeng menceritakan bahwa Griya Cokelat Nglanggeran didirikan sebagai insiasi pengembangan cokelat yang ada di Nglanggeran. Ia ingin produk cokelat dijadikan sebagai oleh-oleh khas Nglanggeran.

Usaha ini bermula pada 2010, saat itu Griya Cokelat Nglanggeran masih mengolah cokelat dari perkebunan masyarakat lokal dengan cara tradisional. Produk yang pertama kali dibuat pada saat itu yakni dodol cokelat.

"Kita sudah mengolah cokelat sejak akhir tahun 2010 dan awal 2011, tetapi belum secara intens, waktu itu kami mengolah dodol," kata Sugeng saat dihubungi Kompas.com pada Kamis (27/1/2022).

Pengerjaan dodol saat itu masih beranggotakan tiga hingga empat orang penduduk dan masih didominasi oleh kaum perempuan khususnya ibu-ibu.

Seiring berjalannya waktu hingga pada 2014, produksi cokelat di Nglanggeran mendapat dukungan dari berbagai pihak seperti BPTBA LIPI, Bank Indonesia, dan Dishutbun Gunungkidul.

Sejak 2014 pengolahan cokelat yang awalnya hanya memanfaatkan sumber daya yang ada, kemudian beralih menggunakan teknologi yang membantu proses produksi cokelat.

"Kami bersyukur mendapat pendampingan dari LIPI, Bank Indonesia, dan Dishutbun Gunungkidul, karena kami bisa lebih mengoptimalkan kakao, mulai dari budidaya, pengolahan pascapanen, pengolahan kakao jadi produk, hingga distribusi produk," kata Sugeng.

Setelah mengalami transfer teknologi pada 2014, Griya Cokelat Nglanggeran baru diresmikan pada 2 Desember 2016. 

Selain memanfaatkan sumber daya alam, Sugeng juga menggandeng masyarakat lokal sebagai pekerja untuk memproduksi cokelat.

Sugeng mengatakan bahwa keberadaan Griya Cokelat Nglanggeran tidak hanya sebatas produsen melainkan juga melibatkan masyarakat lokal untuk bekerja sama memajukan potensi alam yang ada.

Penambahan jumlah pekerja dimulai dengan adanya sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat tentang potensi alam Nglaggeran. Pelatihan ini ditujukan unutk semua masyarakat Nglanggeran.

"Sistemnya dimulai dari pelatihan kepada masyarakat terlebih dahulu, ini sebenarnya terbuka untuk semua masyarakat yang tertarik mengembangkan potensi cokelat di Nglanggeran," katanya.

Pelatihan ini melibatkan lima dusun yang ada di Nglanggeran. Masing-masing dusun nantinya akan mengirimkan sepuluh orang perwakilan.

Meskipun keinginan memajukan potensi alam lokal di Griya Cokelat Nglanggeran dinilai baik tetapi hal ini tidak mendapat dukungan sepenuhnya dari masyarakat pada awal pelatihan.

"Tapi namanya juga proses, pasti ada semacam penolakan dari masyarakat. Jadi setelah pelatihan dilakukan, ada masyarakat yang tetap ikut, ada juga yang tidak meneruskan," katanya.

Hingga saat ini Griya Cokelat Nglanggeran memiliki anggota sebanyak 23 orang dan umumnya didominasi oleh kelompok perempuan.

Modal awal membangun usaha cokelat

Sugeng mengatakan modal awal yang digunakan saat membangun usaha cokelat di Nglanggeran tidak hanya sekedar dinilai dengan uang melainkan juga mencakup sumber daya lokal yang ada.

"Sebenarnya tidak bisa langsung berwujud uang, karena Griya Cokelat Nglanggeran berangkat dari apa yang dimiliki oleh anggota. Kami memanfaatkan apa yang ada terlebih dahulu," kata Sugeng.

Seperti halnya modal untuk alat-alat produksi, saat awal merintis usaha, mereka memanfaatkan alat yang dimiliki di rumah masing-masing anggota.

Seiring berjalannya waktu Griya Cokelat Nglaggeran mulai menambah alat produksi dengan total modal uang yang dikeluarkan yaitu sekitar Rp 30 juta.

Sebagai daerah dengan perkebunan kakao yang cukup luas, salah satu produk yang menjadi andalan di Griya Cokelat Nglanggeran yakni bubuk cokelat.

"Sebelumnya kami sudah melakukan tes pasar terkait produk yang akan diproduksi, dan kebanyakan pasar memiliki bubuk cokelat," kata Sugeng.

Bubuk cokelat yang diproduksi di Griya Cokelet Nglanggeran memiliki lima varian. Ada Bubuk Cokelat Makan, Chocomix Varian, Chocomix Etawa, Chocomix Ice, dan Chocomic Fee.

Tidak hanya itu, Griya Cokelat Nglanggeran juga memproduksi cokelat batangan yakni Sale Untir Cokelat, dan Cipiran Cokelat. Harga produk cokelat di sini mulai dari Rp 13.000 hingga Rp 55.000.

https://www.kompas.com/food/read/2022/02/01/190400175/kisah-griya-cokelat-nglanggeran-kembangkan-potensi-kakao-gunungkidul

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke