Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/09/2022, 13:04 WIB
Suci Wulandari Putri Chaniago,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hadirnya kopi wine sebagai salah satu varian kopi di Indonesia menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat, khususnya pencinta kopi.

Tak jarang juga saat ini beberapa kedai kopi di Indonesia mulai menyajikan varian kopi wine sebagai pilihan pembeli.

Dilihat dari penggunaan kata "wine" yang disematkan pada minuman ini, tak jarang ada yang mengartikan bahwa minuman ini terdiri dari campuran kopi dan wine (alkohol). 

Faktanya, penyajian kopi wine tidak melibatkan penambahan unsur alkohol sama sekali.

Baca juga:

Biji kopi difermentasi saat pascapanen

Roaster kopi di Bagi Kopi Indonesia Dien Ksatria Widhibrata mengatakan bahwa istilah kopi wine mengacu pada rasa kopi yang menyerupai wine.

Cita rasa wine pada kopi dihasilkan dari proses fermentasi buah kopi saat pascapanen.

"Ada dua metode fermentasi kopi yaitu metode fermentasi ala Indonesia yang masih tradisional dan metode ala wine asli. Hasil dari fermentasi metode ala Indonesia itu disebut sebagai kopi wine," kata Dien saat dihubungi oleh Kompas.com pada Kamis (22/9/2022).

Sejalan dengan Dien, Barista, Trainer, & Roaster di Kopiku Indonesia Yoris Sumartin mengatakan bahwa sederhananya kopi wine ialah kopi yang difermentasi melewati batas waktu yang ditentukan.

"Kopi wine ini kurang lebih sama dengan kopi pada umumnya, bedanya fermentasi biji kopinya kelewat, atau over fermented," kata Yoris saat dihubungi oleh Kompas.com pada Kamis (22/9/2022).

Selain menambah varian kopi yang tergolong unik, kopi wine menurut Dien ialah sebuah trik untuk  mengalihfungsikan biji kopi yang kualitasnya tergolong rendah.

"Proses fermentasi ini dilakukan guna meningkatkan karakter kopinya, sehingga daya jualnya pun akan meningkat. Ini bertujuan untuk mengangkat harga dan kualitas kopi," jelas Dien.

Baca juga:

Penampakan biji kopi (green bean) yang telah disortir dan siap untuk dijual, Jumat (27/11/2020). Kopi arabika Gayo di dataran tinggi Kabupaten Bener Meriah dikenal salah satu biji kopi pilihan terbaik yang selama ini dipasok ke sejumlah pasar dunia, namun memasuki panen raya tahun ini harga jual kopi dari petani anjlok menjadi Rp 7.000 per bambu akibat pandemi Covid-19, sementara tahun lalu harga kopi yang baru dipanen bisa mencapai Rp 10 ribu per bambu.KOMPAS.com/RAJA UMAR Penampakan biji kopi (green bean) yang telah disortir dan siap untuk dijual, Jumat (27/11/2020). Kopi arabika Gayo di dataran tinggi Kabupaten Bener Meriah dikenal salah satu biji kopi pilihan terbaik yang selama ini dipasok ke sejumlah pasar dunia, namun memasuki panen raya tahun ini harga jual kopi dari petani anjlok menjadi Rp 7.000 per bambu akibat pandemi Covid-19, sementara tahun lalu harga kopi yang baru dipanen bisa mencapai Rp 10 ribu per bambu.

Pembuatan kopi wine

Biji kopi yang sebaiknya digunakan untuk membuat kopi wine harus sudah matang. Ciri fisik biji kopi matang yaitu warna kulitnya merah.

"Kopi yang baru dipetik dijemur selama satu hari, kemudian dimasukkan ke dalam plastik besar dan disimpan selama tiga hari di suhu ruang. Setelah itu dijemur kembali dan dimasukkan ke dalam plastik, begitu seterusnya," papar Dien.

Proses menjemur di bawah sinar matahari dan memasukkan biji kopi secara berkala ke dalam plastik ini disebut juga dengan metode an aerob. Proses ini dilakukan sampai biji kopi mengandung kadar air yang sudah ditentukan.

Rentang waktu yang dibutuhkan untuk proses fermentasi biji kopi minimal 30 hari dan maksimal 70 hari. Proses fermentasi tergantung pada cuaca saat menjemur biji kopi.

Yoris dan Dien mengatakan bahwa semua jenis kopi bisa diolah menjadi kopi wine.

"Biji kopi yang digunakan harus benar-benar matang, kalau si ceri kopi ini belum matang atau setengah matang, dia tidak akan menghasilkan senyawa organik yang berasal dari buah matang. Senyawa organik inilah yang membantu proses fermentasi," jelas Dien.

Di lain sisi, Yoris mengatakan bahwa biji kopi yang masih berwarna hijau tetap bisa diolah menjadi kopi wine. Namun, hasilnya berisiko menimbulkan rasa getir di lidah.

"Kalau yang hijau masih tetap bisa, cuma kebanyakan orang yang mengolah kopi sekarang pilih ceri kopi yang benar-benar merah," ucap Yoris. 

Baca juga:

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com