Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Napak Tilas Kapal yang Ada di Relief Borobudur Arungi Jalur Kayu Manis Nusantara

Kompas.com - 24/09/2020, 21:09 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi

“Kapal dengan panjang 18,29 meter, lebar 4,2 meter, kemudian drafnya 1 meter. Tinggi kapal dari permukaan laut 2,29 meter, beratnya kurang lebih sekitar 60 ton,” papar General Manager Candi Borobudur, PT TWC Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, Letkol Laut (P) I Gusti Putu Ngurah Sedana,

I Gusti Putu Ngurah Sedana ini merupakan nahkoda kapal Samudra Raksa kala menjalani misi menyusuri jalur kayu manis.

Baca juga: Jamu Punya Peluang Diekspor Sampai ke Afrika

Ekspedisi jalur kayu manis

Ekspedisi tersebut dibagi menjadi empat leg. Leg pertama adalah dari Jakarta menuju Sychelles. Kapal Samudra Raksa beserta kru-nya dilepas dari Ancol oleh Presiden Megawati kala itu.

Dalam pelayaran tersebut, Putu membawa total kru sebanyak 27 orang. Ada yang dari latar belakang sebagai nelayan tradisional, pelaut modern, serta pelaut asing.

“Pelayaran ini sangat didukung angin dan arus. Angin dari tenggara sehingga mendorong kapal sampai di Sychelles. Itu leg pertama kita tempuh sekitar 29 hari,” ujar Putu.

Selanjutnya leg kedua melalui rute Sychelles ke Madagaskar.

Walaupun rute terkesan pendek, tapi realitanya kapal harus melalui jalur yang agak zig-zag sehingga membutuhkan waktu yang relatif cukup lama.

Kemudian dari Madagaskar para kru melanjutkan perjalanan ke Cape Town, Afrika Selatan.

Namun ternyata di sepanjang perjalanan mereka perlu mampir di banyak tempat karena jalur yang terkenal berbahaya.

“Banyak tantangan di sini. Leg ketiga ini terkenal dengan kuburan kapal. Cape Town, Tanjung Harapan, ini yang ditakutkan sama pelaut dunia termasuk kami saat membangun trek," cerita Putu. 

Baca juga: Peran Muslim China dalam Jalur Perdagangan Rempah Indonesia-Filipina

Ia mengatakan Pantai Timur Afrika itu terkenal dengan ombak abnormal  yang tingginya bisa mencapai 25 meter.

Sesampainya di Cape Town, mereka melanjutkan lagi menempuh leg keempat. Pada leg terakhir ini mereka sempat mampir di Pulau St. Helena sebelum sampai di Ghana.

Setelah misi selesai, para kru pulang menggunakan pesawat. Sementara kapal Samudra Raksa diangkut kembali dengan kontainer ke Indonesia dan hingga kini dipajang di Museum Samudra Raksa yang ada di Candi Borobudur.

Jalur kayu manis

Jalur kayu manis yang ditempuh para kru merupakan pengulangan dari rute perdagangan rempah kayu manis yang pernah dilewati pelaut Nusantara pada abad ke 7-8.

Jalur perdagangan rempah yang lebih terkenal mungkin adalah jalur utara-selatan dan timur-barat, yakni jalur menuju Eropa yang melewati India dan ada juga yang melewati China.

Namun ternyata, ada beberapa bukti yang menunjukkan pedagang Nusantara juga sempat punya hubungan dagang dengan Afrika.

Baca juga: Sejarah Terciptanya Jalur Rempah, Dipengaruhi Budaya Ramah Tamah Nusantara

Salah satunya adalah orang-orang di Madagaskar yang punya ciri fisik mirip dengan orang-orang Indonesia, berkulit sawo matang. Ada juga tradisi dan bahasa yang mirip dengan di Indonesia.

Putu sendiri mengaku disambut dengan sangat baik oleh orang-orang Madagaskar karena mereka menganggap nenek moyangnya berasal dari Indonesia.

Itu bisa dibilang jadi bukti bahwa orang-orang Nusantara telah mengarungi laut hingga ke Afrika.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com