Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Peran Orangtua Jadi Penentu Kesuksesan Penerapan Kurikulum Merdeka, 3 Ibu Ini Ceritakan Faktanya

Kompas.com - 20/10/2023, 10:14 WIB
Dwi NH,
A P Sari

Tim Redaksi

Ia juga merasa bahwa Kurikulum Merdeka sudah disesuaikan dengan minat dan bakat anak.

Menurut Hayu, apabila minat dan bakat anak sudah ditemukan sedari dini, orangtua dapat merefleksikan pembelajaran untuk mendukung masa depan anak.

“Orangtua, turut bertugas untuk mendukung agar anak kita menjadi penerus generasi yang lebih hebat,” imbuhnya.

Baca juga: 75 Tahun di Indonesia, British Council Gelar Altermatter sebagai Ajang Kolaborasi Seniman

Pentingnya kolaborasi orangtua dan sekolah

Kesadaran orangtua melakukan kolaborasi dengan sekolah untuk mengembangkan potensi anak diberi peluang besar melalui Kurikulum Merdeka.

Sebagian orangtua semakin menyadari, bahwa proses pembelajaran anak tidak semata-mata harus bertumpu di sekolah.

Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang dikembangkan melalui Kurikulum Merdeka turut mendorong kolaborasi dan gotong royong antara sekolah dan orangtua. Dalam artian, gotong royong akan turut menciptakan pendidikan yang menyenangkan bagi anak.

Kurikulum Merdeka merupakan salah satu program kebijakan di bawah payung gerakan Merdeka Belajar.

Baca juga: Mendikbud: Merdeka Belajar Jadi Praktik Baik Pengamalan Nilai Luhur Pancasila

Kurikulum Merdeka dirancang sebagai upaya pemulihan pembelajaran dikembangkan oleh Kemendikbudristek dalam kerangka yang lebih fleksibel, fokus pada pemberian materi esensial, serta pengembangan karakter dan kompetensi murid.

Melalui kerangka tersebut murid diharapkan dapat menerima pembelajaran yang lebih bermakna dan mendalam.

Selain itu, Kurikulum Merdeka menyediakan waktu yang lebih banyak untuk pengembangan kompetensi dan karakter melalui P5.

P5 merupakan kegiatan kokurikuler yang memberikan kesempatan kepada murid untuk mempelajari tema-tema atau isu penting sehingga murid dapat melakukan aksi nyata dalam menjawab isu-isu tersebut.

Baca juga: Ancaman Perubahan Iklim Makin Nyata, Green Building Perlu Diprioritaskan

Adapun isu penting tersebut, seperti perubahan iklim, anti radikalisme, kesehatan mental, budaya, wirausaha, teknologi, dan kehidupan berdemokrasi, sehingga murid dapat melakukan aksi nyata dalam menjawab isu-isu tersebut.

Hingga Tahun Ajaran 2023/2024, lebih dari 80 persen satuan pendidikan di Indonesia telah mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.

Kurikulum tersebut, selain mengutamakan gotong royong antara sekolah (guru dan kepala sekolah) dan orangtua, juga turut mengedepankan gotong royong dengan seluruh pihak, termasuk pemerintah daerah (pemda) dan dinas pendidikan.

Bagi orangtua murid, inilah saatnya menceritakan pengalaman bermakna dan menyenangkan dalam mendampingi anak dalam pembelajaran dengan Kurikulum Merdeka.

Baca juga: Ijazah Pelajar Sekolah Swasta Ditahan karena Biaya, Disdik DKI: Ortu Murid Terdampak Pandemi

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com