Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemendikbud Ristek Dukung Pergelaran Angklung Terbesar di Dunia

Kompas.com - 05/08/2023, 13:04 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Sebagai bentuk nyata pelestarian budaya Indonesia yang sudah mendunia yakni Angklung, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) mendukung kegiatan pemecahan Guinnes World Records berupa pergelaran angklung terbesar di dunia

Pergelaran angklung terbesar di dunia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (5/8/2023). Perhelatan akbar ini ditargetkan akan memecahkan Guinness World Records (GWR).

Acara ini diinisiasi oleh Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE KIM), pergelaran ini melibatkan 15.240 pemain angklung dari berbagai kalangan.

Mulai dari anggota OASE KIM, murid sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah kedinasan, perwakilan kementerian/lembaga, hingga para Ibu Dharma Wanita Persatuan dan Tim Penggerak PKK.

Baca juga: Sejarah Angklung, Siswa Sudah Paham?

Bentuk nyata pelestarian angklung

Ketua Bidang 1 OASE KIM yang merupakan wakil ketua panitia pergelaran angklung terbesar di dunia, Franka Makarim menjelaskan, pergelaran ini adalah salah satu bentuk nyata yang dilakukan Indonesia untuk membangkitkan semangat pelestarian angklung yang sudah diakui UNESCO sejak tahun 2010.

Menurut Franka, pengakuan tersebut bukanlah tujuan akhir, namun bagaimana budaya ini tetap tumbuh, hidup, dan bermanfaat bagi masyarakat.

"Nilai-nilai baik tentang pentingnya kolaborasi untuk mewujudkan harmoni yang dapat dipelajari dari angklung ini, perlu diteruskan ke generasi yang lebih muda," urai Franka seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.

Dia menerangkan, melalui pergelaran ini diharapkan kecintaan generasi muda terhadap angklung dapat terpantik kembali. Karena tugas sebagai bangsa Indonesia yang kaya akan kebudayaan untuk menghidupi budaya itu.

Baca juga: Siswa, Kenali 6 Cerita Rakyat Terkenal dari Jawa Barat

Didukung sepenuhnya oleh Kemendikbud Ristek

Sementara itu, Direktur Perfilman, Musik, dan Media, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Ahmad Mahendra menuturkan, persiapan dalam upaya pemecahan rekor GWR ini telah dilakukan sejak Oktober tahun lalu dan Kemendikbud Ristek mendukung sejak awal persiapan ini dengan memfasilitasi 20.060 unit angklung.

Disamping itu, Kemendikbud Ristek juga merancang konsep pelatihan setiap kelompok peserta angklung hingga siap untuk memecahkan rekor dunia GWR. Dalam hal ini Kemendikbud Ristek mendapuk komunitas Saung Angklung Udjo (SAU) sebagai mitra.

"Sejak November 2022 kami secara intensif berkomunikasi dengan OASE KIM dan SAU untuk persiapan acara ini. Kemendikbud Ristek mendukung mulai dari pengadaan angklung, distribusi, aransemen lagu, hingga memastikan kelancaran pelaksanaan latihan untuk setiap peserta," ungkap Mahendra.

Mahendra menambahkan, setiap kelompok peserta telah melewati dua kali latihan gabungan bersama SAU dan 6-8 kali latihan mandiri bersama pelatih yang ditugaskan Kemendikbud Ristek.

Sebanyak 182 orang pelatih yang berasal dari guru seni musik dan komunitas angklung dilibatkan.

Sebelum melatih di masing-masing kelompok, mereka mendapat pembekalan terlebih dahulu dari SAU.

Baca juga: Pembelajaran SD di Korea Selatan: Hanya Ada 4 Mapel, Tidak Ada PR

Angklung sudah diakui UNESCO sejak 2010

Angklung sebagai alat musik tradisional yang dikenal berasal dari Jawa Barat ini sudah diakui oleh UNESCO pada tahun 2010.

Sebagai sebuah alat musik, angklung sarat dengan nilai pendidikan karakter dan seni memainkan angklung mengandung nilai-nilai dasar kerja sama, saling menghormati, dan dan keharmonisan sosial.

Memainkan angklung membutuhkan kolaborasi berbagai nada angklung hingga terbentuk satu harmoni musik yang merdu.

"Angklung juga mengajarkan kesabaran dan kedisiplinan, pemain angklung harus sabar dan disiplin menunggu giliran dan membunyikan angklung hanya saat bagian nada angklung yang dipegang," jelas humas SAU, Robby Murfi.

Pergelaran angklung terbesar di dunia ini tidak sekadar upaya pemecahan rekor. Namun juga sebagai upaya pelestarian budaya Indonesia yang sudah mendunia. Beberapa kali upaya dalam memecahkan rekor telah ditempuh dan dalam perjalanan tersebut menunjukkan bahwa angklung tidak hanya dimainkan di Indonesia namun juga di negara-negara lain.

Angklung merupakan salah satu alat musik tradisional kebanggaan Indonesia dan diharapkan upaya untuk memperkenalkan dan melestarikan angklung ke generasi penerus, menjadi suatu kegiatan rutin, hadir di dalam berbagai ruang dan kesempatan.

Dengan begitu, maka serta secara tidak langsung hal ini akan memberi dampak positif bagi keberlangsungan ekosistem angklung.

Hal ini diamini oleh SAU yang merasakan bagaimana ekosistem angklung sempat mati suri di masa pandemi.

"Kegiatan ini adalah momentum keberlangsungan ekosistem angklung pascapandemi karena dalam proses persiapannya yang didukung oleh Kemendikbus Ristek melibatkan berbagai pihak, mulai dari petani bambu, perajin angklung, dan tentunya para pelatih dan musisi angklung dari berbagai komunitas," tandas Robby.

Warisan budaya takbenda yang sudah diakui dalam daftar UNESCO bukanlah akhir dari perjalanan, namun awal dari sebuah tanggung jawab.

Baca juga: Siswa, Ketahui 3 Fakta Menarik Alat Musik Angklung

Sebagai suatu bentuk pelindungan budaya, penetapan ini merupakan tanggung jawab bersama pemerintah dengan seluruh masyarakat untuk terus mengembangkan dan memanfaatkan warisan budaya yang dimiliki. Melestarikan agar kekayaan budaya yang dimiliki saat ini tetap dapat dinikmati oleh generasi berikutnya.

Semarak perjalanan pemecahan Guinness World Records angklung ini dapat disimak melalui akun Instagram @angklungindonesiaku dengan tautan instagram.com/angklungindonesiaku.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com