Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Besar UI: Studi China Sedang Hadapi Banyak Tantangan

Kompas.com - 10/07/2023, 23:39 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Guru Besar Program Studi China UI, Prof. Hermina Sutami mengaku, studi China merupakan kegiatan ilmiah mempelajari negara Tiongkok/Cnina di bidang tertentu.

Sedangkan sinologi merupakan ilmu pengetahuan di bidang tertentu mengenai negara Tiongkok/China.

Baca juga: 6 Tips Kuliahkan Anak bagi Orangtua Gaji di Bawah Rp 5 Juta

Dalam pandangannya, sebut dia, studi China atau sinologi saat ini menghadapi banyak tantangan.

Antara lain bagaimana mempelajari bahasa Mandarin sesuai dengan fungsi mempelajari bahasa asing?

Fungsi tersebut, menurut Sutami, antara lain sebagai alat komunikasi dengan bangsa lain, mempercepat proses pembangunan bangsa dan negara Indonesia, serta memanfaatkan ilmu dan teknologi negara asing yang bahasanya dipelajari dalam menghadapi persaingan bebas.

"Tantangan lainnya adalah bagaimana mengembangkan studi China guna memahami negara Tiongkok dari pelbagai bidang ilmu agar terjalin hubungan harmonis antara Indonesia dengan Tiongkok," kata dia dalam keterangannya, Senin (10/7/2023).

Selain itu keterkaitan sinilogi dan upaya agar terjalin hubungan harmonis antar orang Indonesia keturunan Tionghoa dan non-Tionghoa di Indonesia juga merupakan tantangan yang masih perlu dihadapi.

Akhirnya, dalam konteks pembelajaran bahasa Mandarin, Sutami menekankan pentingnya mengembangkan metode pengajaran bahasa Mandarin untuk pembelajar Indonesia dengan memasukan local wisdom.

"Ini merupakan tantangan tersendiri yang tidak boleh diabaikan," jelas dia.

Guru Besar Purna Bakti Studi China UI, Prof. Abdullah Dahana mengaku, datangnya era yang disebut sebagai era kebangkita China dan meningkatnya hubungan antara Indonesia dan China membuat studi sinologi makin dibutuhkan.

Dia menyebut, sinolog paling awal adalah Marco Polo (saat jadi tawanan) yang menceritakan ke penduduk tentang kehidupan di China semasa Dinasti Yuan.

Lalu muncul banyak sinolog di abad 15, 18, 20 hingga saat ini.

Namun Dahana menyayangkan kecenderungan akhir-akhir ini, seiring dengan era kebangkitan China Sinologi kian melemah.

Baca juga: Ini 9 Jurusan Kuliah yang Menjanjikan di Masa Depan

"Kini makin banyak jurusan yang menamakan diri jurusan atau program studi China, tapi hanya menitikberatkan pada pengajaran bahasa Mandarin," tegas dia.

Selain itu, Dahana juga menyatakan keprihatinan dengan kecenderungan pengamat-pengamat tertentu yang kehilangan sikap kritis dalam melakukan kajian terhadap China.

"Padahal penting bagi bangsa Indonesia untuk memperoleh pengetahuan yang obyektif tentang China, yang diperoleh melalui proses belajar yang kritis," jelas dia.

Ketua Forum Sinologi Indonesia (FSI), Dr. Johanes Herlijanto menekankan pentingnya kesetaraan dalam hubungan Indonesia dengan China.

Kesetaraan itu, menurutnya dapat dicapai antara lain dengan terus memperoleh pemahaman yang obyektif dan kritis terhadap China.

Pria yang merupakan Dosen Ilmu Komunikasi UPH ini juga mendorong agar semakin banyak pelajar dan kaum terdidik di Indonesia turut serta mengembangkan kajian kritis terhadap China.

Baca juga: Teliti Manfaat Jahe, Shirly Raih Gelar S3 di UI dengan IPK 3,99

"Harapan kami agar baik orang Tionghoa maupun non Tionghoa semakin berminat mempelajari sinologi, sebuah kajian akademik yang menjadikan sejarah, sosial, politik, ekonomi, dan prilaku hubungan internasional China sebagai obyek studinya," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com