Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Jenis Stroke dan Gejalanya dari Dosen Neurologi Unair

Kompas.com - 07/07/2023, 13:58 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Penyakit stroke terjadi akibat terhambatnya aliran darah menuju otak.

Menurut Dosen Neurologi FK Unair Yudhi Adrianto, dari kondisi itulah yang menyebabkan cedera fokal akut pada sistem saraf pusat hingga dapat berujung kematian.

Baca juga: Teliti Manfaat Jahe, Shirly Raih Gelar S3 di UI dengan IPK 3,99

"Otak manusia memiliki total neuron mencapai miliaran, tetapi ketika penderita mengalami stroke maka akan mengganggu fungsi otaknya," ucap dia mengutip laman Unair, Jumat (7/7/2023).

Jenis penyakit stroke

dr. Yudhi menjelaskan penyakit stroke terjadi karena penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak baik intracerebral hemorrhage (ICH) maupun subarachnoid hemorrhage (SAH).

Secara umum, dia menyebut ada tiga jenis stroke. Kasus paling banyak adalah stroke iskemik sebesar 88 persen, stroke hemoragik ICH 10 persen dan SAH 2 persen.

Stroke iskemik, sambungnya, juga terbagi atas stroke emboli dan stroke trombotik.

"Stroke iskemik atau stroke sumbatan adalah kerusakan jaringan otak pada infark fokal serebral, medulla spinalis, dan retina," ujar pria yang juga jadi konsultan neurovascular itu.

Gejala penyakit stroke

Dia mengaku, kelumpuhan merupakan salah satu gejala yang identik dengan penyakit stroke.

Gejala lainnya adalah wajah terkulai, genggaman melemah, kesulitan berbicara, dan nyeri kepala saat beraktivitas.

Baca juga: 7 Kampus Swasta Terbaik di Indonesia, Ada Binus hingga UMY

"Semua orang bisa mendiagnosis stroke sebab tandanya mudah sekali. Misalkan kita menemukan tanda-tanda merot, kemudian semua tanda kelumpuhan separuh itu berkaitan dengan kerusakan otak," tutur dia.

Dia menambahkan, diagnosis bagi pasien stroke melalui evaluasi klinis stroke fokal.

Selanjutnya, ditunjang vital sains dengan pengukuran tekanan darah hingga evaluasi neuroimaging berupa Computed Tomography Scan (CT Scan) untuk memeriksa perdarahan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

"Pasien stroke wajib melakukan emergency brain imaging yang paling direkomendasikan yaitu Non-Contrast CT (NCCT). Sedangkan, MRI juga bisa berguna tapi membutuhkan waktu yang lebih lama. Biasanya MRI kita gunakan kalau memerlukan analisis imaging lebih dalam," jelas dr. Yudhi.

Dokter spesialis saraf itu mengatakan, ketepatan dan kecepatan diagnosis menjadi kunci utama dalam menangani penyakit stroke.

Hal tersebut karena penetapan diagnosis setiap kasus stroke akan berbeda terlihat dari analisis klinis dan neuroimaging.

Dia menambahkan, dukungan oksigen hanya diberikan bagi pasien dengan stroke akut yang mengalami penurunan kesadaran atau disfungsi bulbar yang menyebabkan kesulitan bernapas.

Baca juga: 5 Perguruan Tinggi Terbaik di Jawa Timur, 1 PTS Berhasil Masuk

Selain itu, oksigen tambahan tidak dianjurkan pada pasien non-hipoksia dengan Arterial Ischemic Stroke (AIS).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com