Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Kreatif Guru Ajari Murid Matematika hingga Wirausaha di Kebun Sekolah

Kompas.com - 16/03/2023, 08:25 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Ruang kelas bukan satu-satunya tempat murid untuk belajar. Menghabiskan pagi hingga siang di ruang kelas bisa terasa membosankan bagi murid, apalagi bila pembelajaran hanya berlangsung monoton seperti mengerjakan soal-soal dari buku.

Kepala SMPN 1 Sekolaq Darat, Kutai Barat, Kalimantan Timur, Elli Helkia paham betul bahwa setelah jam istirahat, murid-murid banyak yang mengantuk di kelas.

Cara mengajar guru yang monoton, juga dirasanya kurang efektif untuk membuat murid lebih paham pelajaran.

Guna menghadirkan pembelajaran aktif yang melibatkan murid, Elli berinovasi untuk memanfaatkan pekarangan sekolah menjadi kebun sayur sebagai tempat belajar.

Baca juga: Kala Guru Tinggalkan Cara Ajar Konvensional, Murid Aktif Senang Belajar

Tidak hanya sebagai tempat belajar yang menyenangkan, kebun sekolah dimanfaatkan Elli untuk membuat murid lebih aktif secara fisik sekaligus belajar menjadi wirausaha dengan cara mengajak murid menanam beragam jenis sayur untuk kemudian dipanen dan dijual bersama.

Cara bersedekah bagi bumi

Ditemui Kompas.com, Selasa (14/3/2023) di pekarangan SMPN 1 Sekolaq Darat, Elli bercerita bahwa awal mula dirinya tercetus menghadirkan kebun sayur di sekolah ialah pada saat pandemi.

Kala itu, banyak orangtua yang mengeluhkan anaknya menjadi sering bermain gadget.

Elli pun berupaya memikirkan cara agar anak-anak tidak fokus bermain gadget, hingga akhirnya ia dan guru-guru sepakat mengolah pekarangan sekolah menjadi kebun sayur yang akan diolah guru bersama murid.

Namun, usaha Elli tidak berhenti di sana. Ia paham bahwa murid SMP yang sudah beranjak remaja itu banyak yang tidak tertarik dengan kegiatan menanam sayur.

Baca juga: Kisah Guru Alpius, Buat Murid Cinta Lagu Daerah di Tengah Demam Kpop

Karena itu, Elli lebih dahulu mengajak murid-murid memahami manfaat dari menanam sayur. Salah satunya untuk bersedekah.

"Kenapa kita menanam tanaman? Itu sebenarnya cara untuk bersedekah. Kita tidak perlu kaya untuk bersedekah. Selama menanam tanaman, kita memberikan oksigen yang bisa dihirup banyak orang. Jangan anggap menanam pohon sia-sia. Anak-anak jadinya semangat," ujar Elli.

Murid kelas 9 SMPN 1 Sekolaq Darat, Romi Prawito Saputra.Dok. KOMPAS.com/AYUNDA PININTA KASIH Murid kelas 9 SMPN 1 Sekolaq Darat, Romi Prawito Saputra.

Sarana belajar matematika, IPA, hingga wirausaha

Setelah murid-murid diberi pemahaman manfaat bertanam, Elli merangkul para guru untuk bersama-sama menanam sayur mayur seraya menjadikannya materi belajar.

"Jam praktik siang membuat anak-anak tidak mengantuk. Misal saat belajar bahasa Inggris tentang bagian-bagian tanaman, maka anak-anak pergi berkebun," ujarnya.

Untuk pelajaran matematika misalnya, guru mengajak murid untuk menghitung luas lahan dan jarak tanam tumbuhan.

"Setelah itu diajak meneliti tentang pengaruh jarak tanam dengan kualitas hasil panen," paparnya.

Dengan begitu, murid menjadi paham betul bagaimana cara terbaik menanam sayuran, yang akhirnya bisa dipraktikkan di rumah.

Tak berhenti di sana, saat pelajaran Ekonomi, murid juga diajak untuk menghitung pendapatan hasil panen, dibandingkan dengan biaya produksi. Membandingkan harga jual sayur dengan melakukan penelitian pasar.

Baca juga: Saat IPA Jadi Pelajaran Favorit Siswa dan Guru Jadi Idola

"Hasil panen digunakan untuk membeli pupuk dan bibit. Termasuk untuk membantu murid-murid yang mengalami musibah atau berduka," ujar Elli.

Lalu, di pelajaran IPA, murid diajarkan langsung bagaimana cara mengembangbiakkan tanaman yang memang menjadi salah satu materi pelajaran.

Pelajaran mencangkok ini telah dirasakan manfaatnya bagi murid kelas 9, Romi Prawito Saputra.

Romi yang kini fasih mencangkok tanaman berkat bimbingan guru IPA Yatno, telah membuka bisnis tanaman cangkok durian, alpukat hingga kelengkeng dengan harga Rp 50.000 per tanaman.

"Belajar mencangkok di sekolah, sekarang sekali mencangkok bisa 5 tanaman," ujarnya.

Dari hasil usaha menjual tanaman cangkok, Romi bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp 500.000 per bulan yang dimanfaatkan untuk membeli peralatan sekolah hingga uang saku.

"Bisa beli peralatan sekolah seperti sepatu, baju tas. Orangtua senang karena saya bisa mencari penghasilan sendiri," cerita Romi.

Baca juga: Kisah Guru Isdiarto, Seberangi 5 Muara dan Jalan Berlumpur demi Mengajar

Hasil kolaborasi dengan berbagai pihak

Kini, Elli menyebut kebun sekolah tersebut mampu mendukung transformasi kurikulum 2013 menuju Kurikulum Merdeka yang sedang terjadi di sekolah. Juga mampu menjadi salah satu solusi untuk menyiasati keuangan sekolah yang biasanya mengalami kendala akibat keterlambatan pencairan Dana BOS.

Demi pengembangan kebun sekolah, Elli telah menggandeng BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) Kecamatan Sekolaq Darat untuk memberikan pelatihan terkait cara bercocok tanam.

Termasuk bekerja sama dengan WWF (World Wide Fund for Nature) dalam hal pengelolaan limbah kebun sekolah menjadi pupuk organik.

"Dalam beberapa kesempatan, WWF memberikan workshop dengan topik Lingkungan Hidup kepada para siswa. Tak hanya itu, WWF memfasilitasi SMPN 1 Sekolaq Darat beserta beberapa sekolah lain untuk melakukan studi tur ke sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum Merdeka,” tutur Elli.

Elli mengungkap, pengelolaan kebun sekolah dilakukan berlandaskan Kurikulum Merdeka yang diadopsi sekolah melalui Program PINTAR Penggerak besutan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) besama mitra program organisasi penggerak Tanoto Foundation.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com