Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Mendikbud Ristek Ambil Risiko Terjun di Lingkaran Birokrasi

Kompas.com - 05/11/2022, 11:26 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek), Nadiem Makarim saat menghadiri pertemuan ASEAN Youth Fellowship (AYF) di Jakarta, pada Rabu (2/11/2022).

Di hadapan 45 delegasi yang hadir, selama satu jam Mendikbud Ristek menjawab berbagai pertanyaan seputar visi dan misinya tentang kehidupan, profesi, hingga dunia pendidikan di Indonesia yang diajukan secara terbuka oleh para calon pemimpin muda masa depan ASEAN.

Baca juga: Siswa SMKN 1 Entikong Kaget Menteri Nadiem Bermalam di Asrama Sekolah

Saat awal perbincangan, Mendikbud Nadiem bercerita tentang bagaimana akhirnya memilih untuk mengambil risiko berada dalam lingkaran birokrasi dan menjadi orang nomor satu di dunia pendidikan dan kebudayaan.

"Saya berkaca dari anak-anak saya, jika saya tidak berani untuk mengambil tantangan ini, bagaimana saya bisa menjawab pertanyaan mereka suatu saat nanti tentang saya yang menyia-nyiakan kesempatan untuk bisa berbuat sesuatu demi negeri ini," tutur dia dalam keterangannya.

Baginya, kesempatan untuk gagal setelah mencoba merupakan hal yang biasa dalam sebuah perjuangan.

Dengan demikian, saat diminta untuk bergabung oleh Presiden Joko Widodo dalam Kabinet Kerja Jilid II, da tidak melewatkan kesempatan tersebut.

"Meski perjuangan ini harus saya bayar dengan belajar dan bekerja keras setiap saat," ucap dia.

Berangkat dari latar belakang pendidikannya yang bergelut di bidang teknologi informasi, menurut Nadiem, ada irisan semangat yang dirinya miliki dengan amanah yang diemban sebagai Mendikbu Ristek.

Dia mengaku, bersemangat untuk berjuang meningkatkan kualitas pendidikan membutuhkan campur tangan teknologi, agar bisa bertahan dan bersaing di tengah perubahan zaman.

Baca juga: 5 Makanan yang Ganggu Kesuburan Menurut Dosen UM Surabaya

"Saya terobsesi di bidang teknologi dan sekarang hal itu saya gunakan untuk bagaimana meningkatkan kapasitas SDM di Indonesia," jelas pria yang sebelumnya tidak memiliki latar belakang di bidang pendidikan, politik maupun birokrasi.

Dia meyakini, sebagai salah satu kunci yang dibutuhkan masa depan adalah penguasaan teknologi. Dengan begitu bisa menjawab tantangan pada sektor pendidikan.
Contohnya, pada masa pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu, teknologi dalam pembelajaran menjadi fasilitator untuk meminimalisir hilangnya pembelajaran (learning loss).

"Saat itu, mengingat pentingnya jaringan internet untuk menunjang pembelajaran jarak jauh (PJJ), pemerintah menyediakan bantuan kuota internet bagi peserta didik, guru, tenaga kependidikan, dan dosen," jelas dia.

Salah satu pengalaman yang juga menjadi pelajaran berharga dalam mengemban tugas sebagai Mendikbud Ristek, kata dia, adalah kesempatan untuk berkolaborasi dengan berbagai latar belakang pegawai di Kementerian.

"Pekerjaan saya memerlukan hubungan kolaborasi yang erat antara senior dan junior dalam mencapai suatu tujuan," tegas dia.

Kolaborasi, lanjut Nadiem, tidak hanya terjadi di lingkup internal Kementerian.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com