Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulu Kena Tsunami Palu, Kini Ardi Berhasil Lulus S2 Cumlaude di UGM

Kompas.com - 05/05/2024, 10:42 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Mahar Prastiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pernah terhalang ekonomi, sampai menjadi korban bencana alam selama mengenyam pendidikan.

Cerita ini dituturkan langsung oleh Heni Ardianto, yang merupakan salah satu wisudawan yang berhasil lulus dari Prodi Magister Sains Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM (Universitas Gadjah Mada), pada Rabu (24/4/2024) lalu di Kampus UGM.

Ia berhasil menyelesaikan studi S2-nya dengan IPK 3,72 dan menyandang predikat cumlaude. Tak kalah membanggakan, Ardi selama menjalani perkuliahan tanpa dipungut biaya pendidikan dengan memanfaatkan beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) RI.

Ardi, sapaan akrabnya, menjalani hidup penuh lika-liku sebelum mendapat gelar S2 cumlaude.

Baca juga: Kisah Aulia, Lulus Spesialis Dokter UGM Usia 27 Tahun dengan IPK 4,00

Kuliah S2 di UGM dengan beasiswa LPDP

Keluarga Ardi adalah keluarga korban bencana gempa bumi dan tsunami di Palu pada tahun 2018 silam.

Ardi bercerita ia merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Didik Iswanto dan Tiyarmi. Kedua orangtuanya berasal dari Prambanan, Jawa Tengah yang mengadu nasib ke Morowali, Sulawesi Tengah sejak tahun 1983 silam.

Keduanya sehari-harinya bekerja sebagai buruh tani. Meski lahir dari keluarga sederhana, tak mematahkan semangat Ardi untuk mengejar asa meraih pendidikan setinggi-tingginya.

Dengan ketekunan, kerja keras, serta doa orangtua ia berhasil mematahkan stigma jika anak kampung dari daerah pelosok di luar Pulau Jawa dengan kondisi perekonomian pas-pasan bisa kuliah bahkan sampai jenjang S2.

“Sejak kecil pengen banget kuliah. Kalau melihat kondisi perekonomian orangtua yang pas-pasan sepertinya sulit. Tetapi saya modal nekat dan tekad kuat gimana caranya bisa kuliah,” jelasnya, dilansir dari laman UGM.

Baca juga: Cek Nilai UTBK Tertinggi yang Lolos di 8 PTN, Mulai UI, UGM, ITB

Ingin ubah kondisi keluarga

Ia sendiri maklum dengan keadaan ekonomi orangtuanya. Namun pria kelahiran Limbo Makmur, 2 Agustus 1998 ini memiliki semangat kuat untuk bisa mengenyam pendidikan hingga jenjang pendidikan tinggi jauh melampaui kedua orangtuanya yang lulusan Sekolah Dasar.

Melalui pendidikan ia yakin bisa merubah kehidupan menjadi lebih baik.

“Bapak dan Ibu baru bisa mengenyam pendidikan sampai Sekolah Dasar saja. Saya pengen bisa sekolah tinggi supaya bisa mengubah kondisi keluarga ke arah yang lebih baik,” ucapnya.

Sadar dengan kondisi keluarga yang terbatas, Ardi saat menjalani kuliah juga aktif melakukan kerja paruh waktu. Mulai dengan menjadi asisten dosen baik saat S1 maupun S2.

Pernah ikut konferensi internasional

Lalu menjadi tim penyusun kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) di sejumlah kabupaten di provinsi Sulawesi Tengah hingga tim penyusun dokumen analisis kelayakan bisnis di beberapa perusahaan.

“Selain untuk menambah ilmu dan pengalaman tentunya juga untuk menambah uang saku kuliah,” ungkapnya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com