Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Besar Unesa Komentari Tragedi Stadion Kanjuruhan

Kompas.com - 05/10/2022, 11:04 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang yang memakan ratusan korban itu adalah tragedi luar biasa dalam sejarah sepak bola di Indonesia dan dunia.

Insiden ini harus menjadi pembelajaran bersama dan bahan evaluasi total untuk memperbaiki 'culture' sepak bola tanah air.

Baca juga: Gas Air Mata di Stadion Kanjuruhan, Dosen UM Surabaya: Salahi Aturan

Mengenai insiden nahas tersebut, Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unesa, Prof. Tjipto Prastowo ikut turut berkomentar dari perspektif ilmu kebumian bidang kepakarannya.

Menurut dia, earth sciences membedakan bencana kebumian menjadi dua.

Pertama, bencana geologi contohnya seperti gempa tektonik, erupsi vulkanik dan tsunami.

Bencana geologi cenderung bersifat non-antropogenik yang berarti tidak dipicu oleh aktivitas manusia. Karena itu tidak bisa dicegah, tetapi bisa dikurangi dampak negatifnya.

Kedua, bencana hidrometeorologi bersifat antropogenik yang berarti dipicu oleh aktivitas manusia.

Karena itu seharusnya bisa dicegah. Contoh bencana kategori ini seperti banjir bandang, banjir rob, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, tanah longsor dan likuifaksi.

"Bencana hidrometeorologi bersifat antropogenik ini contohnya juga seperti kecelakaan transportasi (darat, laut, udara), kecelakaan industri, termasuk tragedi Stadion Kanjuruhan," ucap dia dalam keterangannya, Rabu (5/10/2022).

Dia melanjutkan, bencana hidrometeorologi (antropogenik) seharusnya bisa dicegah, maka terminologi 'bencana alam' sebagai terjemahan 'natural disaster' adalah kurang tepat.

Baca juga: 400 Anggota Tim Bayangan Nadiem Merendahkan SDM Kemendikbud Ristek

"Saya meyakini sungguh-sungguh bahwa alam diciptakan oleh Allah SWT untuk kemaslahatan umat manusia dan bukan sebaliknya: memberikan bencana," ungkap dia.

"Dengan demikian, dengan segala kerendahan hati saya mengajak semua pihak untuk menyebut bencana geologi dan bencana hidrometeorologi sebagai bencana kebumian bukan bencana alam," tambah dia.

Dalam Bahasa Inggris, bencana kebumian adalah earth-related disaster, sedangkan bencana alam adalah natural disaster.

Kedua terminologi tersebut beda makna. Tragedi Kanjuruhan bisa juga dilihat dari sudut pandang psiko-sosiologi.

Akhir-akhir ini, lanjutnya, begitu banyak masalah sosial mulai distribusi minyak goreng sampai penegakan hukum yang rendah.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com