Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/09/2022, 15:56 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani memproyeksikan ekonomi dunia akan mengalami resesi pada 2023.

Menanggapi hal itu, Pengamat Perbankan, Keuangan, dan Investasi dari UGM, I Wayan Nuka Lantara angkat suara.

Baca juga: Punya 400 Anggota Tim Bayangan, Pengamat: Nadiem Tak Percaya ASN Kemendikbud

Dia menyampaikan, resesi yang akan terjadi ke depannya dikarenakan lonjakan inflasi sebagai dampak dari konflik Rusia-Ukraina.

Peningkatan inflasi tersebut diikuti oleh kebijakan pengetatan moneter oleh bank sentral di negara Eropa dan Amerika dengan menaikkan tingkat bunga acuan yang akan berdampak juga pada kebijakan yang diambil bank sentral di negara lainnya.

Apabila bunga acuan meningkat, kata Wayan, biaya modal dan bunga kredit yang akan ditanggung bisnis juga akan naik.

Dampak lanjutannya biasanya diikuti oleh mata uang lokal yang melemah terhadap mata uang asing.

Jika suatu negara memiliki banyak pinjaman dalam mata uang asing baik oleh pemerintah maupun swasta, maka jumlah mata uang lokal yang akan dikeluarkan untuk membayar pinjaman dalam mata uang asing juga akan meningkat.

"Jika kondisi tersebut tidak membaik, maka kombinasi rentetan harga produk yang meroket, inflasi yang meningkat, bunga acuan kredit yang naik, serta pelemahan mata uang lokal pada akhirnya akan berisiko menyebabkan terjadinya krisis ekonomi global," ucap dia dalam keterangannya, Jumat (30/9/2022).

Cara kelola keuangan hadapi ancaman resesi 2023

Lantas bagaimana cara mengelola keuangan pribadi menghadapi ancaman resesi ini? Wayan mengimbau masyarakat untuk tetap tenang sembari melakukan revisi pada rencana keuangan yang sebelumnya sudah dibuat.

Baca juga: 400 Anggota Tim Bayangan Nadiem Merendahkan SDM Kemendikbud Ristek

Menurut dia, upaya penyiapan dana darurat penting dilakukan, tapi perlu juga dibarengi upaya pada dua hal lainnya.

Pertama, berupaya untuk mencari alternatif tambahan penghasilan selain dari gaji tetap.

Misalnya, memanfaatkan hobi kita untuk bisnis, berjualan online, dan tetaplah rutin berinvestasi.

Kedua, lakukan identifikasi ulang pada pos-pos pengeluaran.

Di saat yang sama sembari mencari celah untuk melakukan penghematan pada pos-pos pengeluaran yang kurang penting atau yang bisa ditunda.

Saat disinggung apakah masih aman melakukan investasi di tengah situasi yang serba tak menentu.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com