Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosok Jenderal AH Nasution, Lolos G-30-S Kehilangan Anak Tercinta

Kompas.com - 30/09/2022, 06:03 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

Ayahnya adalah seorang pedagang tekstil, karet, kopi, dan merupakan anggota dari Sarekat Islam.

Maka dari itu, tidak heran jika Pak Nas, begitu biasa beliau dipanggil, tumbuh dalam keluarga yang sangat taat beragama Islam.

Sewaktu kecil, dia mengenyam pendidikan dasar di kampung halamannya di Hutapungkut.

Sang ayah sebenarnya ingin Nasution belajar di sekolah agama, sementara sang ibu ingin ia belajar kedokteran di Batavia (sekarang Jakarta).

Akan tetapi, kedua keinginan orangtuanya tidak tercapai, karena Nasution mendapat beasiswa untuk belajar mengajar di Sekolah Raja Bukittinggi (sekarang SMAN 2 Bukittinggi) pada 1932.

Menjadi guru dan prajurit

Tiga tahun kemudian, tepatnya pada 1935, AH Nasution pindah ke Bandung untuk melanjutkan sekolahnya.

Saat itu, AH Nasution memang memiliki keinginan untuk menjadi guru. Entah bagaimana, ia beralih minat ingin menjadi prajurit.

Sebetulnya, AH Nasution tetap menjadi guru setelah lulus pada 1937. Ia juga sempat mengajar di Bengkulu serta Palembang.

Jadi, dua mimpinya menjadi guru dan prajurit terkabul. Kiprah militernya, dimulai saat dikirim ke Akademi Militer Bandung untuk memulai pelatihan.

Lalu pada bulan September 1940, Nasution dipromosikan menjadi kopral dan tiga bulan setelahnya menjadi sersan.

Ia juga sempat menjadi seorang perwira di Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) hingga pada 1942, ketika Jepang menduduki Indonesia, AH Nasution ditugaskan di Surabaya untuk menjaga pelabuhan di sana.

Kemudian, setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada 17 Agustus 1945, dia bergabung ke dalam militer Indonesia yang dikenal sebagai Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Karirnya masih terus berlanjut. Satu tahun setelahnya pada 1946, AH Nasution diangkat menjadi Panglima Regional Divisi Siliwangi, yang bertugas menjaga keamanan di Jawa Barat.

Pada 1948, AH Nasution kembali naik pangkat menjadi Wakil Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI).

Nasution, terlibat di berbagai pertempuran sengit. ketika Peristiwa Madiun terjadi pada September 1948, Madiun diambil alih oleh mantan Perdana Menteri Amir Syarifuddin dan Musso dari Partai Komunis Indonesia (PKI).

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com