Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Program Pintar
Praktik baik dan gagasan pendidikan

Kolom berbagi praktik baik dan gagasan untuk peningkatan kualitas pendidikan. Kolom ini didukung oleh Tanoto Foundation dan dipersembahkan dari dan untuk para penggerak pendidikan, baik guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dosen, dan pemangku kepentingan lain, dalam dunia pendidikan untuk saling menginspirasi.

Guru, Hardiknas dan Refleksi Idul Fitri

Kompas.com - 06/05/2022, 16:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

2. Tidak terbuka dengan perubahan

Kemajuan zaman, berubahnya peradaban menuntut pendidik untuk terbuka terhadap perubahan.

Pendidik tidak bisa hanya cuap-cuap pada frekuensi standar, tetapi harus melakukan loncatan dan beradaptasi dengan pola kecenderungan generasi Z dan generasi alfa agar pendidik bisa membangun etos dan karakter mereka.

3. Merasa pintar sehingga tidak mau belajar

Kecenderungan manusia dewasa adalah mau menggurui namun tidak mau digurui.

Sifat egois ini akan menghambat proses learning sehingga akan membuatnya berada pada posisi stagnan, seolah berjalan maju menambah ilmu, namun pada kenyataan tetap berada pada lintasan yang itu-itu saja.

4. Enggan meng-update pengetahuan

Tidak menerima pembaharuan dengan positif karena bagi mereka ilmu itu tidak mengalami dinamika. Sehingga ilmu yang diberikan kepada siswa adalah ilmu sepanjang masa.

5. Tidak mau merugi

Tidak semua pendidik mau berkorban untuk siswanya, mengorbankan waktu, tenaga, apa lagi biaya. Pembelajaran aktif yang didesain dan dilaksanakan dengan baik tentulah membutuhkan upaya yang beragam.

Seorang guru harus rela meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memikirkan skenario dan tahapan pembalajaran. Menyediakan alat dan bahan serta pernak-pernik untuk menyukseskan pembelajaran.

Baca juga: Beasiswa Microcredential bagi Guru PAUD-SD Diperpanjang, Cek Syaratnya

Apalagi dalam mendesain pembelajaran berbasis project based learning. Di sini kreativitas guru diuji untuk bisa memanfaatkan sumber daya yang ada, memanfaatkan limbah dan lingkungan dalam pembelajaran di kelas-kelas mereka.

6. Sekadar rutinitas

Rutinitas guru adalah mengajar, masuk kelas memberikan pembelajaran menunggu waktu usai dan pembelajaran selesai.

Pembelajarn aktif tidak akan pernah bisa diberikan jika guru hanya sekedar menjalankan rutinitas. Guru harus mengubah rutinitas menjadi prioritas.

Merancang pembelajaran, menentukan strategi dan model pembelajaran, menyiapkan lembar kerja siswa, mendesain karya siswa, menilai hasil pembelajaran siswa, memberikan penguatan, mendokumentasikan hasil pembelajaran, mensosialisasikan hasil karya siswa, melakukan refleksi dan banyak lagi.

7. Malas, tidak mau bersusah payah

Guru adalah manusia biasa, terkadang juga mengalami fase hibernasi dalam bekerja. Namun guru tidak boleh malas. Guru adalah model dari segala kebaikan, guru adalah pejuang yang harus mau dan mampu bersusah payah mendidik siswa siswinya.

8. Orientasi rupiah

Tidak bisa dipungkiri masih terdapat oknum pendidik yang memiliki semangat kerja berbanding lurus dengan honor yang diterima.

Guru seperti ini enggan melakukan aktivitatas untuk meningkatan kualitas pendidikan jika tidak menerima uang sebagai imbalan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com