Menurut Wikan, hal ini merupakan bentuk nyata dari "memasak bersama" antara pendidikan vokasi dengan industri.
"Dari pembuatan prodi kemudian menyusun kurikulumnya juga bersama. Kita harus punya mindset bahwa yang dibutuhkan oleh industri adalah lulusan vokasi yang siap kerja dan mampu mengerjakan pekerjaan, bukan sekadar lulus mendapat ijazah," jelas Wikan.
"Sementara kita masih memiliki tantangan terkait penguatan soft skills. Kalau kita terus mengejar penguasaan hard skills, dalam beberapa tahun ke depan pasti akan tertinggal," lanjut Dirjen Wikan.
Pada Program Menara Vokasi, terdapat lima perguruan tinggi vokasi yang ditunjuk menjadi pengampu program yang berperan sebagai penggerak di setiap wilayah, yaitu:
Baca juga: PT Kawan Lama Konsisten Dukung Link and Match Pendidikan Vokasi
Sebelum penyelenggaraan Gebyar Menara Vokasi, setiap politeknik tersebut telah mengadakan berbagai pertemuan dan focus group discussion (FGD) bersama berbagai mitra, baik dari DUDI, asosiasi, dan pemda untuk menyusun peta jalan kemitraan berkelanjutan.
"Politeknik berperan menggerakkan dan harus melibatkan unsur satuan pendidikan lainnya, SMK dan Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP)," jelas Direktur Kemitraan dan Penyelarasan DUDI Saryadi.
"Dari pertemuan dan forum diskusi kemudian terbentuklah berbagai kerja sama dalam bentuk nota kesepahaman atau MoU dan MoA," tambah Saryadi.