Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Talkshow Perpusnas: Keluarga, Sekolah dan Komunitas Jadi Pilar Penting Literasi

Kompas.com - 07/12/2021, 20:42 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Keberadaan perpustakaan kini semakin sentral di era teknologi yang kian berkembang laju dan diharapkan mampu berperan melahirkan SDM unggul. Hal ini terus dikampanyekan Perpustakaan Nasional yang menjadi motor gerakan budaya baca dan literasi.

Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Deni Kurniadi, dalam sesi live streaming talk show Perpusnas “Meniti Jalan Literasi untuk Wujudkan SDM Unggul Indonesia Maju" yang diadakan pada Selasa, 7 Desember 2021.

Deni menegaskah, di tengah masa pandemi seperti saat ini literasi sangat ampuh membantu memulihkan ekonomi dan reformasi sosial.

Ia menjelaskan, gerakan literasi berbasis inklusi sosial yang belakangan ini menjadi nadi utama Perpusnas, berdiri di atas empat sendi.

Keempat pilar tersebut yakni (1) tersedianya akses sumber bahan bacaan terbaru, (2) kemampuan memahami secara tersirat dan tersurat, (3) kemampuan menghasilkan ide, gagasan, kreativitas dan inovasi baru, dan (4) kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang bermanfaat bagi khalayak banyak.

Baca juga: Perkuat Literasi Melalui Strategi Membaca Ekstensif, Begini Caranya

Deni Kurniadi menambahkan, literasi berbasis inklusi sosial menjadi kunci penting karena melalui Perpusnas perpustakaan di Indonesia kini tak lagi hanya sekedar menjadi pusat informasi bahan kepustakaan, tapi juga berkontribusi membangun masyarakat berpengetahuan.

“Sebagai pusat ilmu pengetahuan, Perpusnas juga mampu mendorong inovasi dan kreativitas masyarakat. Juga, perpustakaan pengembangkan potensi literasi masyarakat sesuai dengan kebutuhan setempat. Perpustakaan juga adalah pusat kebudayaan, untuk melestarikan dan memajukan kebudayaan,” jelasnya.

Ia juga menggarisbawahi perpustakaan kini juga sudah berkontibusi nyata pada penambahan pendapatan keluarga dan masyarakat melalui sejumlah kegiatan kreasi yang diselenggarakan di setiap daerah.

Semua peran sentral ini kemudian membawa perpustakaan sebagai ruang berbagi pengalaman, ruang belajar kontekstual dan ruang berlatih keterampilan.

“Hal ini terbukti dari meningkatnya kunjungan pemustaka ke perpustakaan, peningkatan pelibatan masyarakat dalam kegiatan perpustakaan, dan peningkatan ekspos media terhadap aktivitas perpustakaan. Karena sebesar-besarnya kegiatan jika tidak diekspos media, tidak akan dikenal dan dinilai oleh masyarakat,” ujarnya.

Layanan digital untuk milenial

Deni juga menyampaikan, Perpusnas saat ini tak lagi hanya mengandalkan APBN dan APBD dalam menyediakan bahan bacaan untuk masyarakat.

Dana filantropis sudah bisa diberdayakan, termasuk juga CSR berbagai perusahaan juga sudah menyasar area ini, mendukung gerakan literasi makin kuat.

Gerakan ini juga semakin dipermudah dan menyasar seluruh daerah di Indonesia, karena pemerintah provinsi dan kabupaten/kota juga turut mendukung gerakan literasi ini secara penuh, sesuai amanat undang-undang.

“Saat ini, kita sudah punya total 164.610 perpustakaan berbagai jenis, meski jumlah terbesar sekitar 40 persen berada di Pulau Jawa. Tapi kita terus dorong yang di luar Pulau Jawa juga bisa memiliki dan memanfaatkan perpustakaan dengan lebih maksimal,” katanya.

Baca juga: Webinar Undip: Cegah Hoaks Covid-19 dengan Literasi Kesehatan Digital

Buktinya, dari 34 provinsi di Indonesia, semuanya sudah memiliki Dinas Perpustakaan. Dan dari 514 kabupaten/kota, sebanyak 493 Dinas Perpustakaan sudah dibentuk, dan sekitar 23 ribu perpustakaan desa sudah dibangun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com