Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inilah Kisah Guru-Guru Inspiratif, Memperjuangkan Pendidikan yang Lebih Baik

Kompas.com - 26/11/2021, 18:33 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Bergerak dengan Hati, Pulihkan Pendidikan. Tema peringatan Hari Guru Nasional pada 25 November 2021 menjadi penanda bahwa pandemi nyatanya tidak memadamkan semangat guru-guru terbaik Indonesia.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas pengorbanan para guru di Indonesia.

Ia mengapresiasi ketangguhan para guru yang tetap berjuang memberikan hak pendidikan kepada anak-anak di tengah pandemi Covid-19 dan di tengah himpitan ekonomi.

Baca juga: Lahirkan Peneliti Muda Sains Teknologi, Guru: Bukan Menghafal dan Merangkum

Nadiem juga sangat menghargai para guru yang tidak paham teknologi tetapi tetap mau belajar ilmu teknologi informasi demi memberikan kemudahan belajar mengajar selama pandemi.

“Dan satu hal yang membuat saya sangat bingung tapi senang adalah perjalanan saya di seluruh Indonesia bertemu dengan guru honorer, bertemu dengan guru penggerak dan bertemu dengan kepala sekolah. Tidak ada sekali pun kata putus asa yang terucap dari mulut mereka. Para guru hebat ini sangat luar biasa membuka mata hati kami di Kemendikbudrisek,” kata Nadiem di Puncak peringatan Hari Guru Nasional, seperti dirangkum dari laman Direktorat SD Kemendikbud Ristek.

Guru-guru inspiratif berbagi kisah

Puncak peringatan Hari Guru Nasional menjadi sangat spesial ketika Kemendikbudristek mendatangkan tiga orang guru yang sangat inspiratif.

Mereka adalah Sukardi Malik, seorang Guru Honorer dari Lombok Tengah yang baru saja lolos seleksi dan mendapatkan formasi PPPK. Ia merupakan 1 dari 173 ribu guru yang ikut seleksi PPPK Guru ronde pertama.

Baca juga: Gandeng 200 Sekolah, Quipper Permudah Guru Buat Materi Pembelajaran

Kemudian ada Khoiry Nuria Widyaningrum, seorang Guru Penggerak dari Seleman, Yogyakarta. Dan yang terakhir ada Ria Wilastri, Kepala Sekolah Penggerak SMAN 01 Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.

“Saya menjadi guru honorer itu dari tahun 1996. Selama menjadi guru honorer selama 25 tahun ini sudah banyak mengantarkan murid-murid saya menjadi orang yang berhasil dan sukses. Ada yang sudah menjadi polisi, jadi kepala sekolah bahkan ada juga yang menjadi pejabat,” kata Sukardi.

Ia bercerita ada pengalaman yang mengesankan saat ia bertemu dengan muridnya yang menjadi polisi.

Waktu itu Sukardi ditilang karena melanggar peraturan lalu lintas, di mana dirinya tidak menggunakan helm yang layak serta tidak memiliki SIM. Saat ia ditegur oleh seorang polisi dia tidak menyangka bahwa polisi tersebut adalah muridnya.

“Dia adalah murid saya lulusan tahun 1997. Kemudian yang membuat saya terharu, saya dibawa ke pedagang helm dan dia membelikan saya helm baru yang sesuai standar. Tapi saya tetap ditilang karena saya tidak memiliki SIM waktu itu,” cerita Sukardi seraya diikuti gelak tawa dari penonton.

Setelah itu Sukardi pun diminta datang ke kantor polisi di hari berikutnya untuk mempertanggungjawabkan tindakan pelanggaran lalu lintas.

Baca juga: Orangtua, Ini Dampak Bila Sering Memarahi Anak Saat Belajar

Kemudian ketika ia datang ke kantor Polsek, ternyata Sukardi sudah ditunggu oleh 2 orang polisi lainnya yang merupakan siswanya juga.

“Setelah menandatangani surat pelanggaran saya dikasih amplop di mana isinya adalah STNK, SIM yang ternyata sudah dibuatkan oleh murid saya tersebut dan juga uang tunai. Awalnya saya tolak tapi dia tetap ngotot memberikan saya sebagai tanda terima kasih. Uang ini tidak seberapa kata dia, tapi karena berkat jasa saya mereka sudah menjadi seorang polisi,” kisah Sukardi penuh haru.

Terkait dengan PPPK, Sukardi sangat bersyukur, perjuangan yang selama ini dilakukan akhirnya berbuah hasil.

Ia juga menyampaikan motivasi untuk para guru-guru yang masih kesulitan dalam seleksi dan tidak lolos di ronde ke-1. Ia mengatakan jangan patah semangat, harus terus dicoba lagi dan meningkatkan belajarnya.

“Bagi teman-teman yang belum lolos seleksi atau belum dapat formasi di tahap pertama, tingkatkan terus kemampuannya di tahap kedua. Jangan putus asa, masih banyak kesempatan karena satu juta guru honorer akan diprogramkan sama Mas Menteri untuk diangkat dan ditingkatkan kesejahteraannya,” kata Sukardi.

Dalam kesempatan yang sama, Khoiry Nuria Widyaningrum seorang Guru Penggerak dari Sleman juga membagi kisah perjuangannya sebagai guru penggerak.

Ia mengatakan awalnya merasa risau dan gelisah terhadap kondisi pendidikan di Indonesia saat ini. Ia masih melihat ketimpangan pendidikan antara sekolah swasta dan sekolah negeri. Karena notabenenya kondisi sekolah-sekolah negeri pembelajarannya tidak sebagus mutu pendidikan di sekolah swasta.

Baca juga: 7 Tanda Anak Cerdas dan Berpotensi Punya IQ Tinggi

“Nah akhirnya saya tergerak untuk mengajar di sekolah negeri meskipun saya di sekolah swasta ini sudah menjadi kepala sekolah. Tujuan saya ingin mengubah kultur dan mindset pendidikan sekolah negeri yang akademik oriented,” kata perempuan yang akrab disapa Nuri.

Nuri menjelaskan sebelumnya ia sangat menomorsatukan nilai akademik, prestasi dan bimbingan, dan olimpiade. Buku-buku karyanya pun membahas tema-tema tersebut. Tapi sejak ia menjadi kepala sekolah di sekolah swasta, ia kemudian aktif di Gerakan Sekolah Menyenangkan.

“Di situ mindset saya sebagai pengajar terbuka. Saya dan teman-teman pun bersinergi untuk membawa perubahan dan mengembalikan kembali filosofi pendidikan yang luar biasa. Dan pada saat itulah akhirnya saya memutuskan untuk bergerak di sekolah-sekolah negeri,” imbuhnya.

Nuri melanjutkan, awalnya kaget karena melihat medan menuju sekolah negeri itu sangat luar biasa. Namun ia tetap harus semangat demi masa depan anak-anak Indonesia.

“Mereka butuh uluran tangan kita. Mereka ini adalah manusia dan anak-anak yang harus kita pahami bahwa mereka bukan objek belajar tapi harus menjadikan mereka sebagai subjek belajar,” ujar Nuri penuh semangat.

Sebagai seseorang yang terpilih menjadi Guru Penggerak, Nuri mengajak para guru di Indonesia untuk mengikuti program guru penggerak.

Baca juga: Pelatihan Bahasa Korea Gratis Korea Foundation 2022, Tunjangan Rp 12,6 Juta Per Bulan

Nuri mengatakan belum pernah menemui program yang sangat luar biasa memberikan impact yang menyeluruh seperti Program Guru Penggerak.

“Selama 9 bulan mengikuti Diklat ada alur yang sangat luar biasa merdeka. Kita diberikan materi konsep belajar mandiri. Saya sempat stres karena materi yang diberikan di luar rutinitas zona nyaman kita. Kemudian ada tugas atau tantangan yang diberikan. Saya juga dipertemukan dengan instruktur kelas elaborasi untuk diskusi. Dari alur tersebut saya mulai paham bagaimana program Guru Penggerak ini sangat luar biasa,” tuturnya.

Nuri berharap guru di seluruh Indonesia bisa mengikuti Program Guru Penggerak. Selain itu ia juga berpesan agar guru di Indonesia dapat menjadi guru yang mendidik dengan hati dan mengutamakan kebahagiaan peserta didik.

“Mari kita gotong royong bersama saling bersinergi dan berkolaborasi. Karena perubahan tidak bisa kita lakukan sendiri. Tapi harus dilakukan bersama-sama, oleh karenanya mari kita bersama-sama bergerak, dan menggerakkan dengan sama-sama saling kolaborasi,” katanya.

Ria Wilastri, Kepala Sekolah SMAN 01 Sembawa, Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan bercerita, sekolahnya terpilih menjadi Sekolah Penggerak. Ia menyampaikan rasa syukurnya karena Kemendikbudristek mengeluarkan Program Sekolah Penggerak.

“Saya sangat tertarik menerima tantangan yang diberikan oleh Program Sekolah Penggerak. Awalnya saya merasa penasaran apa yang membedakan Sekolah Penggerak dengan kurikulum 2013. Kemudian saya banyak membaca tentang Sekolah Penggerak, saya ikuti prosesnya, berjuang mengikuti proses tahapan seleksi dari seleksi awal sampai dengan seleksi akhir. Tujuannya adalah karena saya ingin berbakti dalam bidang pendidikan dan alhamdulillah saya berhasil lolos menjadi Kepala Sekolah Penggerak,” kata Ria.

Baca juga: BCA Buka Magang Bakti bagi Lulusan SMA-SMK, D1-D3 dan S1, Yuk Daftar

Setelah masuk Program Sekolah Penggerak, awalnya ia bingung. Namun setelah melalui program pendampingan dari instruktur nasional, ia bersama kepala sekolah penggerak lainnya mulai memahami rancangan Program Sekolah Penggerak.

“Jadi di program ini pembelajaran itu berpihak kepada peserta didik. Yaitu memberikan kualitas pembelajaran yang nyaman, pembelajaran yang aman dan menyenangkan. Di sekolah penggerak ada dua pembelajaran yang dilakukan yaitu melalui akademik dan melalui pembelajaran intrakurikuler dan ekstrakurikuler, salah satunya adalah kegiatan belajar berdasarkan proyek,” tuturnya.

Di sekolahnya pembelajaran berbasis proyek dilakukan satu hari dalam satu minggu. Pada hari tersebut anak-anak diberikan pilihan 2 proyek. Pertama proyek berbasis teknologi dan yang kedua proyek lingkungan berkelanjutan.

“Nah anak-anak SMA ini boleh bergabung memilih proyek yang mana, kemudian mengimplementasikan ajarannya. Jadi bukan hanya teori saja tapi juga praktek, dan ini hasil kolaborasi dengan guru-guru mata pelajaran yang lain,” ujar Ria.

Melalui berbagai program yang sudah dijalankan oleh Kemendikbudriatek ini, diharapkan dapat mempercepat peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, menuju Indonesia emas 2045.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com