Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Growth Center
Powered by Kompas Gramedia

Sebagai bagian dari KOMPAS GRAMEDIA, Growth Center adalah ekosistem solusi yang memfasilitasi pertumbuhan organisasi dan individu untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka. Growth Center hadir untuk menjadi teman bertumbuh dalam mempercepat pertumbuhan dan transformasi melalui solusi sumber daya manusia berbasis teknologi yang teruji secara saintifik berdampak.

Kami meningkatkan pertumbuhan para individu melalui proses siklus yang berkelanjutan dari menemukan jati diri (discovery) hingga menyediakan pengembangan (development) yang diperlukan. Semua ini hadir dalam produk kami, Kognisi Discovery dan Kognisi Development untuk memfasilitasi individu untuk mengenal dirinya sendiri dan berkembang sesuai dengan keunikan (idiosyncrasy) mereka.

Silakan kunjungi situs kami www.growthcenter.id dan info kolaborasi lebih lanjut bisa kirim surel ke info@growthcenter.id.

 

Manfaat Big Data bagi Perusahaan

Kompas.com - 26/10/2021, 20:43 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tahukah bahwa setiap detiknya, data sebesar 1,7 megabyte diproduksi untuk setiap orang di dunia? Data tersebut tidak hanya terdiri atas puluhan juta pesan dan surat elektronik yang dikirim setiap detiknya melalui Whatsapp, Facebook, Twitter, dan lainnya.

Tetapi juga dari satu triliun foto digital yang diambil setiap tahunnya, jumlah video yang kita hasilkan (setiap menitnya, terdapat 300 jam video yang baru diunggah di YouTube dan tiga miliar video baru di Facebook), hingga data dari setiap sensor pada perangkat pintar kita.

Sensor-sensor tersebut dapat memberitahu lokasi kita (GPS), seberapa cepat kita bergerak (akselerometer), kondisi cuaca (barometer), dan sebagainya. Kumpulan data tersebut sangat besar dan sudah tidak lagi mampu untuk ditangani oleh data manajemen biasa.

Istilah Big Data pertama kali dikenalkan oleh Doug Laney sekitar tahun 2000-an.

Namun, dalam kurun waktu yang singkat, mayoritas perusahaan telah mengadopsi Big Data, sebut saja Netflix, Apple, Twitter, Walmart, Shell, Linkedin, Microsoft, BBC, Airbnb, Google, Uber, Amazon, Pemerintah AS, hingga perusahaan lokal seperti Telkomsel, OVO, Traveloka, Zalora, Gojek, dll.

Mengapa begitu banyak perusahaan yang mengadopsi Big Data? Menurut dosen senior sekolah bisnis MIT, Miro Kazakoff, di dunia yang dipenuhi data ini, perusahaan yang memiliki tim dengan tingkat literasi data yang tinggi akan memenangkan market.

Tanpa big data, perusahaan bagaikan orang buta dan tuli yang berdiri di tengah-tengah jalan raya.

Jadi, apa sebenarnya Big Data?

Baca juga: Ilmu Akuntansi, Akankah Tergantikan Kecerdasan Buatan dan Mahadata?

Pengertian Big Data sendiri dapat dirangkum sebagai data dengan volume yang sangat besar, oleh karenanya tidak dapat diolah menggunakan alat tradisional dan harus menggunakan alat serta cara baru.

Menurut Gordon B. Davis, seorang ahli manajemen sistem informasi, data adalah lambang-lambang atau logika-logika yang harus ditata dan diatur agar kita bisa mendapatkan hasil dari data itu sendiri.

Teknologi menawarkan kemudahan dalam membuat usaha. Hal ini mengakibatkan munculnya berbagai perusahaan baru dan persaingan yang semakin dinamis. Setiap perusahaan berusaha untuk memenangkan hati pelanggan. Segmentasi konsumen yang dulu dapat digeneralisir, kini mulai ditinggalkan.

Salah satu keunggulan yang diberikan Big Data bagi perusahaan adalah akes untuk memahami preferensi perorangan pelanggan dan apa yang membuat pelanggan senang—Big Data memungkinkan semua itu dilakukan secara masif dan otomatis.

Kita dapat memahami pengguna dengan jauh lebih jelas melalui data. Perusahaan seperti Netflix dan Spotify tidak main-main dalam pengumpulan, penyimpanan, pengolahan hingga penggunaan data penggunanya. Setiap ketukan, klikan tetikus, ditekannya suatu tombol pada keyboard, hingga setiap swipe up, dapat turut membentuk sebuah keputusan bisnis.

Kedua perusahaan tersebut adalah beberapa perusahaan yang menginvestasikan dana besar-besaran untuk merekrut orang-orang terbaik di bidang data, yang kemudian berhasil mengolah data yang sudah dikumpulkan selama bertahun-tahun lamanya, mengembangkan model yang mampu menganalisa data setiap penggunanya dan merekomendasikan konten yang paling cocok dengan preferensi setiap individu.

Bayangkan jika seorang penggemar drama romantis, kerap mendapat rekomendasi film bergenre thriller pada beranda Netflixnya. Atau jika penggemar lagu bertempo pelan seperti lagu Nadin Amizah terus menerima rekomendasi lagu-lagu Eminem dari Spotify.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com