Oleh: Arki Sudito dan Jihan Aulia Zahra (*)
KOMPAS.com - Bulan Agustus biasanya menjadi bulan awal di mana mahasiswa baru memasuki dunia perkuliahan. Pada semester baru ini pula, banyak perguruan tinggi mengadakan berbagai macam acara perkenalan sebagai bekal mahasiswa baru mengenal dunia perkuliahan lebih dalam lagi.
Acara-acara yang disuguhkan pun tidak hanya memperkenalkan organisasi-organisasi atau kegiatan akademis yang tersebar di kampus, namun juga keterampilan nonteknis (soft skill) yang sekiranya akan terpakai selama menyelami dunia perkuliahan.
Dari sekian banyak keterampilan nonteknis yang berguna semenjak menginjak dunia perkuliahan, mungkin keterampilan berpikir secara kreatif tidak terlalu dibahas lebih detail dan kurang mendapat perhatian.
Padahal, berpikir kreatif sama penting dan bergunanya dengan keterampilan nonteknis yang sering digaungkan ketika memasuki jenjang akademis yang lebih tinggi seperti berpikir kritis.
Berpikir kreatif berarti menggunakan kemampuan dan keterampilan nonteknis untuk mendatangkan solusi baru pada sebuah masalah.
Keterampilan berpikir kreatif adalah teknik yang digunakan untuk melihat masalah dari sudut yang berbeda dan kreatif, menggunakan alat yang tepat untuk menilai dan mengembangkan sebuah rencana.
Fokus merupakan bagian yang penting dalam berpikir kreatif karena dalam proses berpikir kreatif, biasanya kita menggunakan sesuatu atau berpikir menggunakan jalan yang belum pernah ditempuh sebelumnya.
Baca juga: 4 Tipologi Grit: Kamu Termasuk yang Mana?
Ini adalah keterampilan yang sangat dihargai untuk dimiliki secara individu dan yang harus selalu dimiliki oleh bisnis di antara jajaran mereka. Lagi pula, kata kreativitas berasal dari fenomena di mana sesuatu yang baru diciptakan.
Berpikir kreatif adalah keterampilan yang sama dengan keterampilan lain: perlu latihan terus-menerus untuk mempertajam kemampuan tersebut. Diperlukan keteraturan untuk mengekspos diri pada situasi di mana ide baru diperlukan.
Selain itu, perlu juga untuk mengelilingi diri dengan orang-orang yang sama dengan kita—memiliki keinginan untuk mengasah berpikir kreatif—untuk mencapai tujuan.
Nah, jika berpikir kreatif mulai diimplementasikan semenjak menduduki bangku kuliah, akan lebih mudah bagi seseorang kemudian menjalani kariernya untuk memecahkan masalah dalam pekerjaannya kelak.
Pada masa perkuliahan, seorang mahasiswa akan diberikan berbagai studi kasus oleh dosennya yang dapat menjadi ajang baginya melatih berpikir kreatifnya, bagaimana memecahkan masalah tersebut dengan tetap menjunjung nilai-nilai keilmiahan.
Mungkin bagi mereka, mahasiswa baru yang belum terbiasa dengan pemecahan masalah, akan sulit untuk menyelesaikannya. Tetapi, jika terus menerus dilatih, lama-lama hal tersebut menjadi sebuah kebiasaan.
Seseorang akan menjadi biasa dan otomatis menggunakan kemampuan berpikir kreatifnya dalam masalah lain, tidak hanya untuk kehidupan akademis saja.