Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Mahasiswa Undip Ciptakan Alat Pengolah Limbah Batik

Kompas.com - 12/05/2021, 11:11 WIB
Dian Ihsan

Penulis

Pengolahan limbah dengan metode ozonasi adalah alternatif yang menjanjikan, karena relatif murah dibandingan dengan metode lain.

Ozonasi dapat ditingkatkan efisiensinya dengan memakai micro bubbles ozone, yakni gelembung ozon berukuran mikro yang secara signifikan dapat meningkatkan kelarutan gas di dalamnya.

"Micro bubbles ozone berperan untuk meratakan kontak oksida kimia dengan limbah yang diolah," sebut dia.

Untuk menyempurnakan proses pengolahan limbah, ketiga mahasiswa Undip ini menggunakan fitur lain untuk menyempurnakan kecanggihan prosesnya, yakni dengan Fotokatalis Lapis Tipis ZnO.

Baca juga: Telanjur Mudik? Epidemiolog UGM Sarankan 3 Hal Ini

Fotokatalis Lapis Tipis ZnO adalah senyawa ZnO yang saat terkena sinar ultra violet (UV) bisa menghasilkan radikal hidroksil yang lebih kuat, yang mampu mereduksi nilai Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD) pada limbah tanpa menghasilkan zat tersisa.

Cara kerja

Mengenai cara kerja Tank of Batik Waste Undip, dia menuturkan, limbah cair batik dimasukkan dalam tanki yang berkapasitas 8 liter, konsentrasi 100 ppm, dan luasan lapis tipis ZnO 3 x 8 centimeter persegi.

Alat ini, lanjut dia, mampu mengolah limbah selama 240 menit dan mampu mereduksi kadar BOD, COD, Total Suspended Solid (TSS) atau total padatan tersuspensi serta derajat keasaman limbah sesuai dengan standar baku mutu yang ditetapkan.

Karena tingkat efisiensi dan efektivitasnya, alat pengolah limbah yang coba dipopuperkan dengan sebuat TOBAT ini cukup prosepektif untuk dikembangkan lebih lanjut atau dihilirisasikan.

Susilo menambahkan, ada beberapa keunggulan dari alat pengolah limbah batik yang diciptakannya, yakni biaya pembuatan dan biaya operasional yang murah, dan tidak menghasilkan sisa endapan padat.

Baca juga: Unesa Buka 10 Jalur Mandiri

"Lalu kemampuan alat pengolah limbah batik ini memenuhi baku mutu terukur, serta cara pengoperasiannya mudah, membuat temuan ini menarik untuk ditindaklanjuti," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com