Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Mahasiswa Undip Ciptakan Alat Pengolah Limbah Batik

Kompas.com - 12/05/2021, 11:11 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Batik merupakan salah satu warisan budaya Bangsa Indonesia yang diakui dunia, dan kegiatan produksi batik di Indonesia pun tergolong besar.

Proses produksi batik berimplikasi menghasilkan limbah, khususnya limbah cair dari proses pewarnaannya.

Namun ada indikasi limbah dari proses produksi batik yang dibuang begitu saja ke sungai, berpotensi menurunkan kualitas lingkungan.

Baca juga: Epidemiolog UGM: Tes Acak Pemudik Tak Bisa Jadi Bahan Rujukan

Agar kualitas ekosistem tetap terjaga, upaya mengolah limbah batik agar tidak menyebabkan pencemaran terus diupayakan.

Ada beberapa metode pengolahan limbah cair batik selama ini yang banyak digunakan, seperti metode koagulasi, metode biofilter dan metode elektrokoagulasi.

Sayangya metode-metode ini kurang efektif mendegradasi zat warna, bahkan masih menghasilkan sisa endapan.

Selain itu, metode tersebut masih membutuhkan biaya operasional yang tinggi.

Melihat keadaan itu, tiga mahasiswa Undiversitas Diponegoro (Undip) tergerak merancang alat pengolah limbah batik yang efektif dan pengoperasiannya mudah serta murah.

Ketiga mahasiswa itu adalah Susilo Hadi, Farhan Rifqi Kotsara dan Muhammad Arsya Kaukabi.

Alat pengolah limbah batik yang mereka ciptakan di bawah bimbingan ahli fisika Plasma, Prof. Muhammad Nur bernama Tank of Batik Waste (TOBAT).

Bahkan konsep yang dibuat oleh tiga mahasiswa Undip ini mendapat pengakuan sebagai karya terpilih dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 33 tahun 2020.

Baca juga: Puasa Bisa Bantu Kinerja Ginjal, Ini Penjelasan Pakar Gizi IPB

Susilo Hadi mengungkapkan Tank of Batik Waste yang dibuatnya adalah sebuah konsep teknologi dengan menggunakan micro bubbles ozone dan thin film catalyst ZnO untuk menjawab problematika penanganan limbah batik.

"Proses ozonasi dinilai lebih efektif mendegradasikan zat warna dan meminimalisasi zat sisa endapan limbah batik," ungkap dia melansir laman Undip, Rabu (12/5/2021).

Teknologi ini, kata dia, berangkat dari fakta, kalau pengolahan limbah bisa dilakukan dengan ozonasi.

Di mana ozone (O3) dapat dimanfaatkan sebagai oksida kimia yang bisa membunuh bakteri, menghilangkan zat warna, dan mengurangi senyawa berbahaya.

Pengolahan limbah dengan metode ozonasi adalah alternatif yang menjanjikan, karena relatif murah dibandingan dengan metode lain.

Ozonasi dapat ditingkatkan efisiensinya dengan memakai micro bubbles ozone, yakni gelembung ozon berukuran mikro yang secara signifikan dapat meningkatkan kelarutan gas di dalamnya.

"Micro bubbles ozone berperan untuk meratakan kontak oksida kimia dengan limbah yang diolah," sebut dia.

Untuk menyempurnakan proses pengolahan limbah, ketiga mahasiswa Undip ini menggunakan fitur lain untuk menyempurnakan kecanggihan prosesnya, yakni dengan Fotokatalis Lapis Tipis ZnO.

Baca juga: Telanjur Mudik? Epidemiolog UGM Sarankan 3 Hal Ini

Fotokatalis Lapis Tipis ZnO adalah senyawa ZnO yang saat terkena sinar ultra violet (UV) bisa menghasilkan radikal hidroksil yang lebih kuat, yang mampu mereduksi nilai Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD) pada limbah tanpa menghasilkan zat tersisa.

Cara kerja

Mengenai cara kerja Tank of Batik Waste Undip, dia menuturkan, limbah cair batik dimasukkan dalam tanki yang berkapasitas 8 liter, konsentrasi 100 ppm, dan luasan lapis tipis ZnO 3 x 8 centimeter persegi.

Alat ini, lanjut dia, mampu mengolah limbah selama 240 menit dan mampu mereduksi kadar BOD, COD, Total Suspended Solid (TSS) atau total padatan tersuspensi serta derajat keasaman limbah sesuai dengan standar baku mutu yang ditetapkan.

Karena tingkat efisiensi dan efektivitasnya, alat pengolah limbah yang coba dipopuperkan dengan sebuat TOBAT ini cukup prosepektif untuk dikembangkan lebih lanjut atau dihilirisasikan.

Susilo menambahkan, ada beberapa keunggulan dari alat pengolah limbah batik yang diciptakannya, yakni biaya pembuatan dan biaya operasional yang murah, dan tidak menghasilkan sisa endapan padat.

Baca juga: Unesa Buka 10 Jalur Mandiri

"Lalu kemampuan alat pengolah limbah batik ini memenuhi baku mutu terukur, serta cara pengoperasiannya mudah, membuat temuan ini menarik untuk ditindaklanjuti," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com