Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

I-4 Diaspora: Pelajaran dari Jepang Dalam Penanganan Covid-19 dan "New Normal"

Kompas.com - 14/06/2020, 21:51 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

Mungkin Jepang memang tidak memiliki badan atau lembaga besar untuk penanggulangan epidemi yang berskala besar seperti Centers for Disease Control and Prevention (CDC)-nya Amerika Serikat, KCDC-nya Korea Selatan, maupun CCDC-nya Tiongkok.

Akan tetapi, Jepang memiliki public health center (hoken center/hokenjo) yang tersebar di seluruh pemerintah kota, dimana masing-masing hokenjo memiliki perawat kesehatan masyarakat (public health nurse/hokenshi) dan ahli statistik (T?kei gijutsu-sha) yang terlatih secara spesifik untuk pencegahan penyakit menular, termasuk melakukan contact tracing.

Sehingga bisa dikatakan public health center yang ada di masing-masing kota adalah local CDC yang berperan penting dalam pengambilan kebijakan pencegahan dan pengendalian penyakit menular.

Menuju "New Normal"

Setelah pengakhiran status darurat dan melandainya kurva pertambahan kasus Covid-19, Jepang memasuki masa "new normal". New normal ini prinsipnya tetap dengan cuci tangan secara rutin, memakai masker, melakukan social distancing dan menghindari 3Cs.

Pemberlakuan new normal juga dilakukan secara bertahap berdasarkan kebijakan daerah masing-masing. Untuk Tokyo, mereka membagi menjadi beberapa tahapan.

Tahap pertama: pemerintah Tokyo mulai membuka fasilitas olah raga outdoor, institusi pendidikan, dan fasilitas kebudayaan (museum, perpustakaan, dan lainnya) dengan membatasi jumlah pengunjung. Diperbolehkan membuat event dibawah 50 orang.

Baca juga: Simak, Syarat Bepergian Ke Luar Kota di Era New Normal

Tahap kedua: mulai membuka fasilitas dimana tidak pernah terjadi kasus klaster sebelumnya dan bisa menghindari 3Cs. Pada step ini, diizinkan event dengan jumlah dibawah 100 orang. Saat ini Tokyo berada di tahap kedua dan masjid mulai diperbolehkan mengadakan sholat Jumat dengan pembatasan jumlah jamaah.

Tahap ketiga: mulai membuka fasilitas di mana pernah terjadi klaster Covid-19 namun resiko 3Cs rendah, seperti tempat hiburan, kafe dan game center. Pada tahap ini, diizinkan event dengan peserta dibawah 1.000 orang.

Sedangkan fasilitas yang rawan terjadinya 3Cs seperti sport gym, live music house dan karaoke baru dibuka setelah step ketiga ini.

Untuk menaikkan step-step diatas, setidaknya ada 3 indeks yang dipakai pemerintah Tokyo. Yaitu jumlah kasus baru (<20 orang/hari), persentase kasus yang tidak diketahui rute penularannya (<50%) dan tingkat kenaikan jumlah kasus positif per minggu (<1).

Jika ada satu atau dua indeks yang tidak tercapai, maka pemerintah Tokyo akan mengeluarkan tanda peringatan/alert ke warganya.

Pemberlakuan new normal bukan berarti tidak melakukan perbaikan pada kebijakan sebelumnya selama keadaan darurat. Apalagi dikhawatirkan gelombang selanjutnya, jika terjadi, akan jauh lebih besar dampaknya.

Untuk itu pemerintah Tokyo berencana meningkatkan fasilitas kesehatannya dan memperluas tes PCR.

Beberapa diantaranya dengan meningkatkan fasilitas test PCR 10.000 test/hari dari 3100 test/hari dan memperbolehkan pemeriksaan PCR melalui air liur yang terbukti memiliki tingkat keakuratan yang sama dengan test melalui swab tenggorokan.

Pemerintah Jepang, melalui Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan (MHLW), juga sedang melakukan test antibodi (IgG) di 3 prefektur (Tokyo, Osaka dan Miyagi) dan secara random kepada total 10.000 warganya.

Hasil tes ini akan dimanfaatkan untuk memformulasikan kebijakan tindakan pencegahan Covid-19-19 selanjutnya.

Walaupun Jepang sudah dikatakan berhasil menekan kurva kasus CoVID-19 saat ini, namun perjuangan melawan Covid-19 masih terus berlanjut.

Baca juga: Gerakan Sekolah Menyenangkan: Kurikulum Ketahanan Diri di Normal Baru Pendidikan

Hingga saat ini, masih belum diketahui bagaimana membangun imunitas terhadap penyakit ini, begitu juga dengan masih belum ditemukannya vaksin sehingga akan masih sangat jauh sekali waktu yang dibutuhkan hingga kita kembali ke keadaan normal seperti sebelum wabah ini ada.

Artikel ini merupakan rangkaian kurasi tulisan ilmuwan diaspora Indonesia yang tergabung dalam I-4 (Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional) dan dikumpulkan oleh Dr. Sastia Prama Putri, Sekjen I-4.

Seri tulisan "New Normal" dari berbagai perspektif ilmuwan diaspora beberapa negara ini diharapkan menjadi masukan bagi pemerintah dan masyarakat memasuki masa "kenormalan baru" di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com