Sebagai mahasiswa Ilmu Sejarah, Nugi harus melakukan penelusuran arsip dan literatur pendukung lainnya sebagai pendukung dalam penyusunan skripsi.
Nugi mengatakan, ia terhambat untuk melakukan penelitian ke berbagai instansi karena keterbatasan akses di tengah corona.
Selain itu, ia merasakan kesulitan untuk melakukan wawancara ke narasumber untuk menyelesaikan skripsi. Ia pun pesimis skripsinya selesai di semester ini.
"Kalau skripsi selesai semester ini tak mungkin. Minimal selesai di semester 9," kata Nugi saat dihubungi Kompas.com.
Dalam proses pencarian literatur skripsi, Nugi mesti datang ke Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) di Jakarta.
Sementara, ANRI saat ini sedang menutup pelayanannya ke publik.
"Akses perpustakaan juga ditutup, padahal buku sebagai penunjang utama skripsi," ujar Nugi.
Saat ini, Nugi harus mengeluarkan uang ekstra untuk membeli literatur-literatur penunjang penulisan skripsi. Ia mengatakan akses perpustakaan juga ditutup di tengah kebijakan kampus terbaru.
"Padahal buku sebagai penunjang utama skripsi. Pengeluaran skripsi jadi bertambah ya itu diantaranya kesulitan mencari literarur. Mau tak mau beli online," ujar Nugi.
Baca juga: Jika Skripsi Tak Selesai, Mahasiswa Tingkat Akhir Minta UKT Semester Selanjutnya Gratis
Ia berharap juga ada pengembalian UKT semester yang sedang berjalan saat ini sebesar 50 persen. Menurutnya, saat ini mahasiswa di UNS tak bisa menggunakan fasilitas di kampus.
"Saya minta Mas Nadiem, kalau bisa UKT semester ini dialihkan untuk semester depan," ujar Nugi.
Ia pun kesulitan untuk melakukan bimbingan skripsi dengan dosen pembimbingnya. Menurut Nugi, ada keterbatasan komunikasi untuk melakukan bimbingan skripsi secara online.