Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Indonesia Emas Berkelanjutan 2045, Kumpulan Pemikiran Pelajar Indonesia Sedunia

KOMPAS.com - Komisi Kesehatan Direktorat Penelitian dan Kajian (Ditlika) Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia (PPI Dunia) bersama dengan LIPI Press merilis buku “Indonesia Emas Berkelanjutan 2045: Kumpulan Pemikiran Pelajar Indonesia Sedunia”, Rabu (25/8/2021). Buku ini merupakan sebuah rangkaian buku yang terdiri dari 12 seri.

Ketua Komisi Kesehatan Ditlika PPI Dunia Periode 2020-2021, Anthony Paulo Sunjaya berterima kasih kepada 180 penulis dari 34 negara serta berbagai elemen lain yang terkait sampai penerbitan buku ini terlaksana. Ia lantas menjelaskan tentang apa saja yang terkandung di dalam buku tersebut.

“Kenapa 2045? Karena pada tahun itu 1 abad kemerdekaan Indonesia dan kita memiliki bonus demografi di mana mayoritas penduduk sedang dalam masa produktif”, kata dr. Anthony.

“Secara global terdapat beberapa target pencapaian kesehatan yang telah disetujui dalam rangka Sustainable Development Goals (SDGs),” sambungnya dalam keterangan tertulis PPI Dunia yang diterima Kompas.com, Kamis (27/8/2021).

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi dalam surat kata sambutan menyampaikan bahwa PPI Dunia merupakan sebuah organisasi yang sangat strategis untuk mendapatkan SDM Indonesia yang berkualitas.

Ia mengatakan bahwa Kementerian Kesehatan menyambut baik diterbitkannya buku Indonesia Emas Berkelanjutan 2045, serta berharap semoga buku ini dapat menginspirasi dan mendorong mahasiswa untuk semakin berpartisipasi dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.

Setelah sambutan selesai dibacakan, webinar memasuki sesi pertama dengan topik pembahasan “Strategi Indonesia Mencapai Indikator SDGs Kesehatan pada 2045”.

Topik tersebut dipaparkan oleh Prof. Nila Djuwita Moeloek, menteri kesehatan Republik Indonesia periode 2014-2019.

“Di hulu adalah kesehatan, karena nanti semuanya akan berdampak akibat kesehatan ini” kata Prof. Nila dalam satu kesempatan. “Kalau kesehatan meningkat maka SDM menjadi semakin berkualitas. Dari situlah harapannya ekonomi baru akan menumbuh” sambungnya kembali.

Untuk mencapai SDGs, Prof. Nila juga mengingatkan bahwa salah satu cara mencapainya dengan mentransformatif fungsi layanan kesehatan primer (puskesmas) dari untuk mengobati masyarakat menjadi untuk menjaga kesehatan masyarakat.

Presentasi penulis buku dalam sesi pertama ini dibawakan oleh Ferika Indrawati, yang pada saat ini sedang menempuh pendidikan sebagai kandidat PhD di Queensland University of Technology, Australia.

Bab yang ia bawakan adalah bahasan mengenai upaya optimalisasi kualitas hidup anak pada 1000 hari pertama kelahiran (HPK).

Dalam pemaparannya ia menampilkan data-data perbandingan jumlah kematian anak di bawah lima tahun dari beberapa negara.

“Posisi Indonesia terkait angka kematian anak di bawah lima tahun cukup baik dibanding negara-negara lain di Asia bahkan dunia, sebetulnya” tuturnya.

Selain itu, ia juga menjelaskan tentang pentingnya 1000 HPK dan pengaruhnya terhadap tumbuh kembang anak setelahnya.

Penulis kedua yang menjadi pembicara dari sesi ini adalah Sandy Ardiansyah, yang menjelaskan tentang upaya meningkatkan status gizi pada perempuan dan anak-anak balita untuk mencegah stunting dan wasting.

Dalam presentasinya ia berpesan, “Sebelum menjadi seorang ibu, wajib untuk mengetahui bagaimana itu kesehatan reproduksi catin, kehamilan dan 4T (terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat, terlalu banyak) itu seperti apa. Kemudian kita juga menyarankan untuk menyampaikan tentang metode kontrasepsi, kemudian infeksi menular seksual, dan tentunya stunting dan pola asuh 1000 HPK serta bagaimana fungsi keluarga”.

Lalu ada Fauchil Wardati, mahasiswi dari Mahidol University, Thailand, yang berfokus pada bagaimana peranan teknologi dalam peningkatan riset di bidang kedokteran genomik.

Menurutnya teknologi ini dapat membantu untuk mengembangkan personalized medicine karena setiap individu memiliki latar belakang genetik yang berbeda. Akan tetapi penerapan teknologi genomik ini sangat butuh banyak peran dari berbagai sektor sehingga masih banyak hambatan untuk diterapkan di Indonesia pada saat ini.

Sarah Ulfa Anwar dalam gilirannya melakukan presentasi menyebutkan bahwa masih diperlukan infrastruktur atau perusahaan farmasi lain yang mempunyai kapasitas untuk memproduksi obat.

Selain itu, ia juga menyebutkan bahwa diperlukan upaya untuk membangun kerja sama sinergi antara berbagai institusi yaitu universitas, industri farmasi, dan juga pemerintah yang lebih terarah.

Sementara itu, Anita Kurnia Ilahi membahas tentang angka kematian ibu setelah melahirkan yang masih tinggi.

Ia menyarankan upaya yang bisa dilakukan oleh dunia medis adalah meningkatkan pemantauan kesehatan reproduksi sejak remaja, yaitu berfokus pada pelayanan konseling dengan memasukan materi-materi edukasi tentang kehidupan dalam berumah tangga.

Karena menurutnya, investasi pada penurunan kematian ibu memainkan peranan penting dalam pembangunan.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/08/27/164530771/indonesia-emas-berkelanjutan-2045-kumpulan-pemikiran-pelajar-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke