Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jarang Diketahui, Ini Gejala Diabetes yang Muncul di Sekitar Bahu

Kompas.com - 27/01/2024, 11:30 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Diabetes merupakan penyakit kronis yang bisa diderita siapa saja, baik pria maupun wanita.

Gejala diabetes beragam, dari yang muncul di kulit, saraf, hingga mata.

Namun ternyata, gejala diabetes juga bisa muncul di area lain tubuh, yaitu di sekitar bahu.

Dilansir dari Mayo Clinic, Jumat (19/1/2024), penderita diabetes lebih berisiko tinggi mengalami berbagai gangguan pada tulang dan sendi.

Dalam jurnal Diabetes and Shoulder Disorders (2016) disebutkan, terdapat angka prevalensi lebih tinggi hingga 27,5 persen gangguan bahu dialami oleh pasien diabetes dibandingkan dengan pasien medis lain yang hanya sebesar 5 persen.

Lantas, apa saja tanda diabetes yang muncul di sekitar bahu?

Penelitian baru di Inggris

Dilansir dari Express, Senin (22/1/2024), penelitian baru telah mengidentifikasi gejala yang kurang dikenal masyarakat, dari kadar gula darah tinggi yang tidak diobati dengan benar.

Glukosa darah tinggi, yang menjadi masalah bagi mereka yang menderita diabetes, telah lama dikaitkan dengan masalah pada tungkai dan kaki, termasuk neuropati diabetik. Neuropati diabetik adalah suatu jenis kerusakan saraf yang dapat terjadi pada tangan, kaki, atau tungkai.

Dalam penelitian ditemukan, diabetes ternyata juga dikaitkan dengan masalah otot dan tulang di tubuh bagian atas. 

Tim peneliti menjelaskan bahwa masalah-masalah yang muncul mulai dari bahu yang kaku hingga kondisi pergelangan tangan yang sakit, ternyata dapat mengarah pada diabetes.

Para peneliti sampai pada kesimpulan ini dengan melihat data dari 370.000 peserta dalam studi Biobank Inggris.

Baca juga: 5 Ikan yang Tidak Boleh Dimakan Penderita Diabetes, Apa Saja?

Gejala diabetes yang muncul di bahu

Peneliti menyebutkan empat tanda diabetes yang dapat dikenali yang muncul di area bahu, yaitu:

  • Bahu beku (jaringan ikat di sendi menebal, yang dapat menyebabkan kekakuan dan ketidaknyamanan)
  • Carpal tunnel syndrome atau sindrom terowongan karpal (mati rasa atau kesemutan yang terasa di pergelangan tangan)
  • Kontraktur dupuytren (jaringan ikat di tangan menebal dan mengencang, menyebabkan jari-jari menekuk ke dalam)
  • Jari pelatuk (kondisi mirip seperti kontraktur dupuytren, tetapi hanya memengaruhi satu jari saja).

Penelitian menunjukkan bahwa seiring berjalannya waktu, gula darah yang tinggi meningkatkan kadar zat dalam tubuh yang disebut produk akhir glikasi lanjut (AGEs), yang terbentuk ketika protein, lemak, dan DNA bercampur dengan gula dalam aliran darah.

Penumpukan AGEs di tangan dan bahu dapat menyebabkan kerusakan dan penebalan tendon, sendi, dan jaringan ikat. Hal inilah yang memicu sindrom terowongan karpal dan kekakuan bahu.

Dr Harry Green dari University of Exeter Medical School mengatakan, penelitian ini sudah dilakukan secara konsisten dan menunjukkan bahwa kadar gula darah tinggi dalam jangka panjang dapat menyebabkan kondisi ini yang bisa diklasifikasikan sebagai komplikasi diabetes.

Baca juga: 5 Ikan yang Tidak Boleh Dimakan Penderita Diabetes, Apa Saja?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

Tren
Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Tren
Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Tren
Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Tren
Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Tren
Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com