Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Temuan Perhiasan Zaman Perunggu dan Sisa-sisa Fosil Hewan di Ladang Wortel

Kompas.com - 22/10/2023, 14:30 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang ahli detektor logam di Swiss bernama Franz Zahn menemukan sejumlah perhiasan Zaman Perunggu bersama sisa-sisa fosil hewan di ladang wortel yang baru dibajak.

Dikutip dari LiveScience, Zahn menemukan benda-benda itu pada Agustus 2023 saat membersihkan besi tua untuk petani yang tidak disebutkan namanya di kota Güttingen, Swiss.

Setelah menemukannya, Zhan segera menghubungi Kantor Arkeologi setempat untuk melakukan survei yang lebih luas terhadap ladang itu.

Baca juga: Penemuan Gua Paleolitik Berisi 110 Lukisan Prasejarah di Spanyol

Dibawa ke laboratorium

Dengan izin pemilik tanah, para arkeolog memotong sebidang kecil tanah dan dengan hati-hati menelusuri lapisan demi lapisan tanah yang perlahan-lahan mengungkap lebih banyak artefak.

Dilansir dari SmithsonianMagazine, mereka mengidentifikasi 14 cakram perunggu, 2 cincin jari berbentuk spiral ganda, lebih dari 100 manik-manik kuning kecil, dan spiral kawat yang terbuat dari emas.

Manik-manik itu seukuran kepala peniti, sehingga para arkeolog harus mengeluarkan masing-masing manik dari blok tanah menggunakan pinset.

Selain perhiasan, para peneliti juga menemukan gigi berang-berang, gigi beruang, potongan bijih yang dipoles, fosil gigi hiu, kristal batu, dan mata panah perunggu,

Setelah itu, artefak-artefak yang ditemukan dibawa ke laboratorium mereka di kota terdekat, Frauenfeld untuk diteliti lebih jauh.

Baca juga: Penemuan Sisa Seduhan Teh Tertua di Dunia Berusia 2.400 Tahun, Berada di Sebuah Makam Ratu

Berasal dari zaman 1500 SM

Para arkeolog itu kemudian menetapkan benda-benda yang ditemukan berasal dari zaman 1500 SM.

“Ini adalah 'perhiasan kostum' khas dari Zaman Perunggu, lebih tepatnya Zaman Perunggu Tengah sekitar 1500 SM,” kata sebuah pernyataan tim peneliti.

Para arkeolog menggambarkan cakram yang ditemukan sebagai sesuatu yang "menarik perhatian".

Mereka mencatat, spiral logam digantung di antara setiap cakram sebagai pengatur jarak.

Setiap piringan juga memiliki lubang yang sempit sehingga mudah untuk dirangkai dengan seutas benang atau tali kulit untuk dipakai sebagai hiasan.

Kemudian, kemungkinan besar perhiasan yang ditemukan itu merupakan sebuah kalung.

Baca juga: Penemuan Batu Mineral Berusia 150 Juta Tahun dari Era Jurassic, Diduga Berasal dari Perut Reptil Laut Besar

Karena tidak menemukan sisa-sisa manusia, para arkeolog berpikir barang-barang tersebut terkubur di dalam karung atau wadah organik jenis lain yang telah hancur seiring waktu.

Terlepas dari bagaimana benda tersebut dikuburkan, para arkeolog berpendapat, itu menjadi sesuatu yang istimewa bagi pemakainya dan mungkin dianggap memiliki efek perlindungan atau penyembuhan yang mirip dengan jimat.

Mereka menduga perhiasan tersebut dulunya milik seorang wanita kaya yang memiliki hasrat untuk mengoleksi benda-benda.

Namun, para arkeolog belum mengetahui apakah artefak lain yang ditemukan sengaja dikuburkan bersama perhiasan atau tidak.

Selain itu, mereka juga belum mengetahui untuk apa artefak-artefak lain tersebut digunakan.

Baca juga: Penemuan Kapak Tangan Raksasa Berusia 300.000 Tahun di Inggris, Diduga untuk Penyembelihan Hewan Zaman Prasejarah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Penonaktifan NIK Warga DKI Jakarta Berdampak Tak Bisa Gunakan BPJS Kesehatan, Bagaimana Solusinya?

Penonaktifan NIK Warga DKI Jakarta Berdampak Tak Bisa Gunakan BPJS Kesehatan, Bagaimana Solusinya?

Tren
Menakar Peluang Indonesia Menang atas Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024

Menakar Peluang Indonesia Menang atas Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024

Tren
3 Wanita Positif HIV Setelah Perawatan Kecantikan 'Vampire Facial'

3 Wanita Positif HIV Setelah Perawatan Kecantikan "Vampire Facial"

Tren
6 Temuan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT

6 Temuan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT

Tren
63 Persen Wilayah Masuk Kemarau Mei-Agustus, BMKG: Cuaca Ekstrem Masih Mengintai

63 Persen Wilayah Masuk Kemarau Mei-Agustus, BMKG: Cuaca Ekstrem Masih Mengintai

Tren
El Nino Berpotensi Digantikan La Nina, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

El Nino Berpotensi Digantikan La Nina, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

Tren
Analisis Gempa M 6,5 di Garut, BMKG: Bukan Megathrust

Analisis Gempa M 6,5 di Garut, BMKG: Bukan Megathrust

Tren
Jarang Diketahui, Ini 5 Jenis Makanan yang Sebaiknya Tak Dikonsumsi Bersama dengan Kafein

Jarang Diketahui, Ini 5 Jenis Makanan yang Sebaiknya Tak Dikonsumsi Bersama dengan Kafein

Tren
7 Tanda Terlalu Lama Berlari dan Bisa Membahayakan Tubuh, Apa Saja?

7 Tanda Terlalu Lama Berlari dan Bisa Membahayakan Tubuh, Apa Saja?

Tren
Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 28-29 April 2024

Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 28-29 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Tanda Tubuh Kelebihan Gula | Kekuatan Timnas Uzbekistan

[POPULER TREN] Tanda Tubuh Kelebihan Gula | Kekuatan Timnas Uzbekistan

Tren
7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

7 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia, Indonesia di Urutan Kelima

Tren
Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Sejarah Head to Head Indonesia Vs Uzbekistan, 6 Kali Bertemu dan Belum Pernah Menang

Tren
Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com