KOMPAS.com - Malaysia mengkaji keputusan Indonesia menutup TikTok Shop sebelum mengambil kebijakan terkait hal itu untuk diterapkan di negaranya.
Menteri Komunikasi dan Digital Malaysia Fahmi Fadzil mengaku menerima banyak keluhan dari masyarakat yang prihatin dengan tindakan penutupan TikTok Shop di Indonesia.
Sementara di sisi lain, dia juga menerima protes dari banyak toko-toko di Malaysia yang mengeluhkan persaingan harga produk yang ada di paltform tersebut.
“Banyak masyarakat Malaysia yang menggunakan platform TikTok Shop untuk menjual barang. Oleh karena itu, saya akan meminta Komisi Komunikasi dan Multimedia (MCMC) dan Kementerian untuk melihat dasar tindakan yang diambil pemerintah Indonesia," terang Fahmi dikutip dari Malaymail.
Baca juga: Pertama Kali Diluncurkan pada 2021, TikTok Shop Resmi Ditutup Hari Ini Pukul 17.00 WIB
Ia menilai, TikTok perlu memberikan penjelasan ke Pemerintah Malaysia terkait penutupan di Indonesia terutama mengenai isu predatory pricing yang dinilai mengancam pengusaha lokal Indonesia.
Diketahui, predatory pricing adalah kegiatan menjual barang di bawah harga normal dan jauh dari harga modal. Tujuan kegiatan predatory pricing adalah untuk mematikan pesaingnya.
Tak hanya soal predator pricing, menurut Fahmi TikTok juga harus menjelaskan mengenai perlindungan data pribadi yang juga menjadi kekhawatiran masyarakat ketika berbelanja di TikTok Shop.
Pihaknya menyadari bahwa semua platform media sosial akan mempelajari perilaku pengguna termasuk apa yang disuka, apa yang dibagikan, apa yang dibeli, dan apa yang ditonton.
"Jadi beberapa hal perlu dicermati oleh Kementerian dan MCMC, terutama pada aspek konsumerisme atau perlindungan data pribadi," tutunya.
Fahmi bahkan mengaku akan menghubungi langsung manajemen TikTok untuk membahas masalah tersebut.
Fahmi juga mengatakan, diskusi dengan TikTok juga penting untuk dilakukan, mengingat pihaknya juga mendapatkan keluhan dari sejumlah pihak media.
"Banyak perusahaan yang tidak lagi mengeluarkan biaya untuk beriklan melalui media (tradisional) tetapi memilih beriklan melalui platform media sosial sehingga berdampak pada media," ujarnya.
Dirinya mengaku sangar prihatin dengan kondisi tersebut.
Baca juga: TikTok Akan Luncurkan Akun Berbayar dan Bebas Iklan, Biaya Rp 78.000