Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada Gangguan Pendengaran, Kenali Tanda-tanda dan Pencegahannya

Kompas.com - 15/07/2023, 13:00 WIB
Benediktus Agya Pradipta,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - World Health Organization (WHO) memberikan data yang menyebutkan bahwa lebih dari 5 persen populasi di dunia telah mengalami gangguan pendengaran.

Data dari WHO juga menunjukkan gangguan pendengaran bisa dialami oleh anak-anak, tidak hanya orang dewasa.

Jumlah manusia yang mengalami gangguan pendengaran itu berpotensi bertambah dari tahun ke tahun.

Bahkan, menurut data di laman WHO, lebih dari 700 juta orang diperkirakan akan mengalami gangguan pendengaran pada 2050.

Data lain menyebut lebih dari 1 miliar orang dewasa berisiko mengalami gangguan pendengaran permanen yang sejatinya bisa dihindari.

Baca juga: 6 Gejala Vertigo, dari Pusing hingga Kehilangan Pendengaran

Dokter spesialis Telinga, Hidung, Tenggorokan, Bedah Kepala, dan Leher (THTBKL) Tri Juda Airlangga Hardjoprawito menjelasakan, gangguan pendengaran terjadi ketika seseorang mengalami penurunan pendengaran di salah satu atau kedua telinga.

"Gangguan pendengaran adalah penurunan pendengaran di salah satu atau kedua telinga, dapat dikategorikan menjadi ringan, sedang, sedang-berat, berat, dan sangat berat," tulis Dokter Tri dalam materi yang diberikan kepada Kompas.com, Jumat (14/7/2023).

Dalam materinya, Dokter Tri juga menjelasakan bahwa gangguan pendengaran bisa memengaruhi komunikasi, emosional, prestasi, dan hubungan sosial.

Di samping itu, WHO menulis, hampir 80 persen orang dengan gangguan pendengaran tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Baca juga: Laporan WHO: Lebih dari 1 Miliar Remaja di Dunia Terancam Kehilangan Pendengaran

Tanda-tanda gangguan pendengaran

National Health Service (NHS) menulis beberapa poin yang menjadi tanda-tanda umum seseorang mengalami gangguan pendengaran. Berikut rinciannya:

  • Kesulitan mendengar orang lain dan salah memahami perkataan orang lain, terutama di tempat yang bising.
  • Meminta orang untuk mengulangi perkataan.
  • Mendengarkan musik atau menonton televisi dengan volume lebih besar daripada yang dibutuhkan orang lain.
  • Kesulitan mendengar suara di telepon.
  • Kesulitan mengikuti percakapan.
  • Merasa lelah atau stres karena harus berkonsentrasi saat mendengarkan.

Baca juga: Apakah Virus Corona Membuat Pasien Kehilangan Pendengaran? Simak Studi Ini

Penyebab gangguan pendengaran

Dokter Tri menjelaskan, gangguan pendengaran bisa terjadi karena berbagai penyebab.

Gangguan pendengaran juga disebut bisa terjadi pada semua usia, baik sejak lahir (tuli kongenital) maupun sampai usia lanjut (presbiakusis).

Berikut beragam penyebab gangguan telinga:

  • Kelainan telinga luar berupa gangguan bentuk daun telinga.
  • Kelainan telinga tengah akibat adanya serumen atau kotoran menumpuk, infeksi telinga tengah (otitis media), dan kerusakan tuba eustachius.
  • Kelainan telinga dalam yang melibatkan perubahan struktur koklea serta nervus cochlearis, degenerasi sel rambut, dan perubahan vaskuler pada striae vaskularis. Selain itu, gangguan juga bisa terjadi karena ukuran sel ganglion saraf mengecil, ototoksisitas obat tertentu, dan suara bising lingkungan sekitar.

Baca juga: Cara Mencegah Gangguan Pendengaran pada Lansia

Upaya pencegahan

Dokter Tri turut memberikan beberapa cara yang bisa dilakukan sebagai upaya pecegahan terhadap gangguan pendengaran. Berikut beberapa di antaranya:

  • Memperhatikan kebersihan telinga secara rutin minimal 6 bulan sekali.
  • Menghindari mengorek telinga dengan benda keras, seperti batang bulu ayam, batang rumput, korek api, bahkan cotton bud.
  • Hindari penggunaan obat dalam jangka panjang tanpa konsultasi dengan dokter.
  • Menghindari suara bising lebih dari 80 dB, menggunakan alat pelindung diri yang tepat bila kondisi tidak memungkinkan.
  • Bagi ibu hamil, lakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur dan screening deteksi pendengaran bayi baru lahir dengan risiko tinggi.
  • Bagi Balita diusahakan tidak minum susu botol sebelum bayi berumur 1 tahun untuk mengurangi terjadinya infeksi saluran napas dan melatih fungsi tuba eustachius.
  • Disarankan penggunaan headset/speaker dengan volume 60% selama maksimal 60 menit.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 16-17 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 16-17 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Beda Penampilan Sandra Dewi Saat Diperiksa | Peringatan Dini Kekeringan di Jateng

[POPULER TREN] Beda Penampilan Sandra Dewi Saat Diperiksa | Peringatan Dini Kekeringan di Jateng

Tren
Viral, Video Pelajar di Yogyakarta Dikepung Usai Tertinggal Rombongan

Viral, Video Pelajar di Yogyakarta Dikepung Usai Tertinggal Rombongan

Tren
Daftar Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan KRIS

Daftar Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit yang Tidak Menerapkan KRIS

Tren
Pohon Purba Beri Bukti Musim Panas 2023 adalah yang Terpanas dalam 2.000 Tahun

Pohon Purba Beri Bukti Musim Panas 2023 adalah yang Terpanas dalam 2.000 Tahun

Tren
7 Makanan Tinggi Kalori yang Menyehatkan, Cocok untuk Menaikkan Berat Badan

7 Makanan Tinggi Kalori yang Menyehatkan, Cocok untuk Menaikkan Berat Badan

Tren
Sosok Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta Uang ke Pejabat Kementan untuk Aksesori Mobil

Sosok Kemal Redindo, Anak SYL yang Minta Uang ke Pejabat Kementan untuk Aksesori Mobil

Tren
Sejumlah Pemerintah Daerah Larang dan Batasi 'Study Tour', Pengamat Pendidikan: Salah Sasaran

Sejumlah Pemerintah Daerah Larang dan Batasi "Study Tour", Pengamat Pendidikan: Salah Sasaran

Tren
Gerbang Dunia Bawah di Siberia Semakin Terbuka Lebar Imbas Es Mencair

Gerbang Dunia Bawah di Siberia Semakin Terbuka Lebar Imbas Es Mencair

Tren
Viral, Video Penumpang KRL Terperosok Celah Peron Stasiun Sudirman

Viral, Video Penumpang KRL Terperosok Celah Peron Stasiun Sudirman

Tren
WNA Rusia Mengaku Dideportasi Usai Ungkap Kasus Narkoba, Ini Kata Polda Bali dan Imigrasi

WNA Rusia Mengaku Dideportasi Usai Ungkap Kasus Narkoba, Ini Kata Polda Bali dan Imigrasi

Tren
Video Viral Petugas Dishub Medan Disebut Memalak Pedagang Martabak, Ini Faktanya

Video Viral Petugas Dishub Medan Disebut Memalak Pedagang Martabak, Ini Faktanya

Tren
21 Layanan yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan dalam Perpres Nomor 59 Tahun 2024, Apa Saja?

21 Layanan yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan dalam Perpres Nomor 59 Tahun 2024, Apa Saja?

Tren
Rincian Penerimaan Gratifikasi Rp 23,5 Miliar Eks Kepala Bea Cukai DIY Eko Darmanto

Rincian Penerimaan Gratifikasi Rp 23,5 Miliar Eks Kepala Bea Cukai DIY Eko Darmanto

Tren
Persib Bandung Gandeng Pinjol sebagai Sponsor, Bagaimana Aturannya?

Persib Bandung Gandeng Pinjol sebagai Sponsor, Bagaimana Aturannya?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com