Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Hebohomologi Ganti Nama Jalan

Kompas.com - 03/07/2022, 07:11 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DALAM soal ganti nama saya cukup berpengalaman. Berkat anjuran pemerintah pada masa Orba maka saya bersemangat ganti nama dari Poa Kok Tjiang menjadi Jaya Suprana.

Saya sama dengan Soe Hok Tjhien yang ganti nama menjadi Arief Budiman. Namun kami berdua tidak sama dengan Kwik Kian Gie yang tidak mau ganti nama sebab pihak pemerintah Orba memang bukan memaksa, namun cuma menganjurkan saja.

Maka Nio Hiap Liang berganti nama menjadi Rudy Hartono Kurniawan, namun Liem Swie King tetap Liem Swie King.

Ganti nama ternyata bukan cuma di Indonesia. Contoh paling tersohor tokoh yang ganti nama bukan di Indonesia adalah Cassius Marcellus clay Jr yang kemudian setelah mualaf berganti nama menjadi Muhamnad Ali.

Banyak bintang film di Amerika Serikat juga ganti nama seperti, misalnya, Issur Danielovitch mengganti nama menjadi Kirk Douglas atau akibat namanya terlalu panjang maka Thomas Cruise Mapother IV dipersingkat menjadi cukup Tom Cruise saja.

Sementara Andy Lau dilahirkan di Hongkong dengan nama semula adalah Lau Fook Wing. Fang Shilong ganti nama menjadi Jacky Chan.

Kembali ke Indonesia, mungkin tidak banyak yang tahu bahwa proklamator kemerdekaan Republik Indonesia sekaligus presiden pertama Republik Indonesia yang terabadikan di lembaran sejarah dengan nama Soekarno semula bernama Koesno Sosrodihardjo.

Namun sebenarnya ganti nama bukan terbatas hanya nama pribadi saja, tetapi juga bisa nama jalan seperti yang kini sedang terjadi di kota Jakarta yang ternyata dihebohkan oleh bukan hanya masyarakat Jakarta.

Fakta kehebohan itu membuktikan bahwa pada hakikatnya masalah mengganti nama jalan tidak sesederhana mengganti nama pribadi.

Yang merasa memiliki nama pribadi adalah terbatas pribadi penyandang nama seorang diri, namun yang merasa memiliki nama jalan adalah bukan hanya seorang namun banyak orang yang menghuni kawasan di mana sang jalan berada.

Bahkan warga yang tidak menghuni kawasan di mana jalan yang diganti namanya berada juga berhak untuk bersikap pro mau pun kontra terhadap penggantian nama jalan.

Di samping itu secara administratif birokratif penggantian nama jalan di era komputerisasi langsung berdampak harus ganti KTP, Kartu Keluarga, STNK, Surat Kelahiran, Surat Nikah, Surat Cerai dan surat surat lainnya.

Bahkan penggantian nama jalan rawan menyesatkan para pemberi jasa pengiriman yang sudah sepenuhnya menggantungkan diri ke peta elektronik yang belum sadar bahwa nama jalan sudah diganti.

Sambil secara hebohomologis mengharapkan kehebohan polemik ganti nama jalan di ibu kota Indonesia segera mereda, secara pribadi sebagai warga kota Semarang saya bersyukur-alhamdulllilah bahwa penggantian nama sebuah jalan di kawasan pusat kota Semarang sebagai ibu kota Jawa Tengah menjadi jalan Ki Nartosabdho telah terlaksana dengan mulus dan lancar tanpa kehebohan pada Rabu 28 Juni 2022.

Meski penulisan nama almarhum maha guru pewayangan saya pada papan nama jalan yang baru tersebut masih harus sedikit dikoreksi karena terlanjur ditulis sebagai Ki Nartosabdo, padahal seharusnya yang benar adalah Ki Nartosabdho. MERDEKA!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Tren
Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Tren
Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Tren
Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Tren
9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

Tren
MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

Tren
Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Tren
Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tren
Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Tren
Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Tren
China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

Tren
Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Tren
Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Tren
Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com