Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Krakatau Masih Erupsi, PVMBG: Kita Harus Terbiasa

Kompas.com - 03/07/2022, 06:25 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Gunung api Anak Krakatau yang terletak di Selat Sunda tengah bergejolak dalam beberapa hari terakhir.

Gunung api bawah laut itu bahkan dilaporkan erupsi dan mengeluarkan kepulan asap hingga ribuan meter dari puncak dalam 3 hari terakhir, sejak Rabu (29/6/2022).

Kondisi saat ini, gunung yang secara administratif masuk ke dalam daerah Lampung Selatan itu disebut masih ada dalam fase erupsi.

Informasi itu berdasarkan keterangan dari Koordinator Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Oktory Prambada.

"Untuk gunung api Anak Krakatau pada saat ini masih dalam fase erupsi yang dalam prosesnya adalah pembentukan tubuh baru gunung api," kata Tory saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (2/7/2022).   

Akibat proses yang sedang terjadi, Tory menyebut masyarakat harus terbiasa dengan beragam aktivitas vulkanik yang akan ditimbulkan oleh gunung ini dalam beberapa waktu ke depan.

"Dalam beberapa waktu ke depan kita akan harus terbiasa dengan erupsi yang menghasilkan kolom abu vulkanik, lontaran material pijar, dan aliran lava," ujar dia.

Baca juga: Aktivitas Gunung Anak Krakatau Meningkat, Status Level 3 Siaga

Berdasarkan data rekaman kegempaan, deformasi, dan analisis para ahli di PVMBG, aktivitas Gunung Anak Krakatau masih dalam kondisi krisis kegempaan yang disertai dengan fase erupsi.

Bahkan Tory menyebut dalam beberapa waktu terakhir, aktivitas vulkanik itu tidak menunjukkan adanya indikasi penurunan aktivitas.

Meskipun demikian, ia memastikan kegiatan masyarakat di sekitar Gunung Anak Krakatau akan tetap aman selama mengikuti rekomendasi yang dikeluarkan PVMBG, yakni tidak berada di radius 5 kilometer dari puncak atau pusat erupsi.

"Selama masyarakat, nelayan, berada di luar radius 5 km dari pusat erupsi, dipastikan aman," sebut Tory.

Baca juga: Lukisan The Scream, Kecemasan Edvard Munch, dan Senja Merah Krakatau

Sementara itu, di dalam radius 5 km diberlakukan aktivitas sangat terbatas. Masyarakat umum dilarang keras untuk memasuki area ini.

"Direkomendasikan tidak memasuki kawasan tersebut kecuali petugas dari PVMBG untuk melakukan mitigasi bencana erupsi," ungkap dia.

Diketahui, gunung api dengan ketinggian 157 meter di atas permukaan laut ini menyemburkan kolom abu setinggi 2.000 meter dari puncak pada Rabu (29/6/2022) dan kolom abu setinggi 500 meter pada Jumat (1/7/2022).

Meski aktivitas vulkanik beberapa hari terakhir cenderung meningkat, namun belum ada perubahan status gunung api ini.

Sejak 24 April 2022 pukul 18.00 WIB, gunung api Anak Krakatau berstatus Siaga atau Level III dari sebelumnya Waspada atau Level II.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Tren
WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

Tren
Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Tren
Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Tren
Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Tren
UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

Tren
Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Tren
Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com