KOMPAS.com - Hasil kajian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan sejumlah jajanan yang sering dikonsumsi masyarakat mengandung lemak trans tinggi.
Kajian bersama tim peneliti di South-East Asia Food and Agricultural Science and Technology (Seafast) Center IPB itu menunjukkan, 8,5 persen dari 130 produk yang diteliti menyimpan asam lemak trans melebihi ambang batas.
Berdasarkan International Dairy Federation (IDF), asam lemak trans terbagi menjadi dua jenis. Pertama, asam lemak trans industrial atau yang diproduksi secara industri, dikenal dengan ALTi.
Asam lemak trans industrial merupakan hasil hidrogenasi parsial dari minyak nabati (PHO). Proses ini membuat minyak cair berubah menjadi lemak semipadat atau padat.
Kedua, asam lemak trans yang diproduksi ruminansia atau hewan pemamah biak, seperti sapi, lembu, kambing. Jenis lemak trans ini disebut juga sebagai ALTr.
Baca juga: Mengenal Jenis-jenis Lemak dan Makanan yang Menjadi Sumbernya
Dilansir dari Kompas.id, Selasa (7/5/2024), asam lemak trans industrial memiliki kadar mencapai 60 persen, sedangkan asam lemak trans ruminansia hanya sekitar 6 persen.
Dari sisi industri, lemak trans dinilai memiliki beberapa keuntungan, termasuk lebih tahan lama dan meningkatkan rasa dari makanan olahan.
Namun, berbagai riset menunjukkan dampak butuk lemak trans untuk kesehatan, yang memicu pembatasan atau bahkan pelarangan penggunaan lemak trans di negara-negara.
Baca juga: Mengenal Lemak Sehat Omega 3, Berikut Manfaatnya dan Sumbernya
Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, WHO merekomendasikan kadar lemak trans dalam pangan maksimal 2 persen atau kurang dari 2 gram per 100 gram total lemak.
Namun, hampir 10 persen produk yang diteliti atau sekitar 11 jajanan mengandung kadar lemak trans melebihi rekomendasi tersebut.
Berikut daftar jajanan di Indonesia yang mengandung lemak trans dalam jumlah melebihi batas:
Baca juga: Makan Ikan Bantu Hilangkan Lemak Perut, Simak Beragam Pilihannya
Baca juga: Mengenal Apa Itu Lemak, Berikut Manfaat dan Pengaruh Negatifnya
Diketahui, kandungan asam lemak trans yang tinggi pada bahan pangan dan produk makanan dapat berdampak buruk bagi kesehatan.
Bahkan, WHO mencatat, lebih dari 278.000 kematian setiap tahun di dunia disebabkan oleh asupan lemak trans yang diproduksi secara industri atau ALTi.
Dilansir dari laman Mayo Clinic, konsumsi lemak trans berlebihan berpotensi meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, dan diabetes tipe 2.