Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mudik Lebaran 2022, Potensi Ledakan Kasus, dan Antisipasi Long Covid-19

Kompas.com - 21/04/2022, 13:05 WIB
Taufieq Renaldi Arfiansyah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kembali melakukan survei serologi Covid-19 atau antibodi beberapa waktu lalu.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi mengatakan bahwa langkah melakukan sero survei dilakukan sebagai acuan untuk keputusan terkait kondisi Lebaran 2022 di saat pandemi Covid-19.

"Hasilnya bisa disampaikan kadar antibodi masyarakat Indonesia naik menjadi 99,2 persen, artinya 99,2 persen dari populasi masyarakat Indonesia sudah memiliki antibodi, itu bisa berasal dari vaksinasi maupun berasal dari infeksi," kata Budi dikutip dari Kompas.com, Senin (18/4/2022).

Kemenkes menyebut jika hasil sero survei pada Desember 2021 menunjukkan titer antibodi berada di angka 500-600 dan pada Maret 2022 mengalami kenaikan titer antibodi di angka 7.000-8.000.

Baca juga: Efek Samping Sinopharm yang Resmi Jadi Regimen Vaksin Booster Covid-19

Merujuk data tersebut, mayoritas masyarakat Indonesia sudah memiliki antibodi dan titer antibodi yang tinggi.

"Sehingga kalau nanti diserang virus, kita daya tahan tubuh bisa cepat menghadapinya dan mengurangi sekali risiko untuk masuk rumah sakit apalagi risiko yang menyebabkan wafat," ujarnya.

Adanya tingkat titer antibodi yang tinggi diyakini dapat melancarkan kegiatan mudik Lebaran 2022 sehingga tidak berdampak negatif.

Baca juga: Ketahui, Ini Efek Samping Vaksin Covid-19 Booster

Lantas, dengan adanya mudik lebaran 2022, dapatkan terjadi ledakan kasus Covid-19?

Masih berpotensi bertambah

Epidemiolog asal Griffith University Australia Dicky Budi mengatakan bahwa Indonesia masih berpotensi terjadi peningkatan angka Covid-19 walaupun sero survei Kemenkes menunjukkan peningkatan antibodi pada masyarakat.

"Tentunya bicara potensi peningkatan jumlah kasus, ya tetap penambahan itu tetap ada," kata Dicky kepada Kompas.com, Rabu (20/4/2022).

Hal tersebut dikarenakan orang yang sudah memiliki antibodi masih berpotensi untuk terinfeksi Covid-19, apalagi yang belum memiliki antibodi.

"Varian Omicron dan turunannya yang semakin terbukti jelas bahwa mereka mampu bersirkulasi bukan hanya pada orang yang belum divaksin tapi pada orang yang sudah memliki antibodi," ungkap Dicky.

Baca juga: Apakah Harus Vaksin Seterusnya agar Terlindung dari Virus Corona?

Akan tetapi, orang yang memiliki antibodi lebih cenderung memiliki persentase yang lebih kecil daripada yang tidak memiliki antibodi.

Namun, orang yang memiliki antibodi tetap dapat menularkan virus corona kepada masyarakat rawan seperti lansia, penderita komorbid, dan anak di bawah 5 tahun yang belum divaksinasi.

Proteksi antibodi dari vaksinasi ataupun yang pernah terinfeksi Covid-19 sebelumnya juga akan menurun setidaknya 40 hari setelahnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com