Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terinfeksi Varian Omicron, Bagaimana Potensi Keparahannya?

Kompas.com - 18/12/2021, 19:45 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia melaporkan tiga kasus Covid-19 dengan varian Omicron hingga hari ini, Sabtu (18/12/2021). 

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Nadia dalam keterangan tertulis melalui laman resmi Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan, dua kasus terbaru ditemukan saat menjalani karantina selama 10 hari sepulangnya dari luar negeri. 

Menurut dia, dua pasien tersebut merupakan hasil pemeriksaan sampel dari 5 kasus probable atau kemungkinan terpapar Varian Omicron yang baru kembali dari luar negeri.

Varian Omicron diketahui memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi daripada varian Covid-19 yang pernah ada.

Apakah varian ini berpotensi mengakibatkan keparahan kepada penderita?

Baca juga: Ahli Sudah Prediksi Omicron di Indonesia Sebelum Diumumkan, Ini Alasannya

Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran The University of Hong Kong menemukan, varian Omicron mampu berkembang biak 70 kali lebih cepat dari varian Delta dan SARS-CoV-2 asli di bronkus manusia.

Temuan ini mungkin bisa menjelaskan mengapa Omicron dapat menularkan lebih cepat antar manusia daripada varian sebelumnya.

Namun, studi tersebut juga menemukan fakta bahwa varian Omicron bereplikasi kurang efisien (lebih dari 10 kali lebih rendah) di jaringan paru-paru manusia daripada virus SARS-CoV-2 asli.

Hal ini mengindikasikan adanya tingkat keparahan lebih rendah yang diakibatkan oleh Omicron.

Studi ini menggunakan model eksperimental dengan membandingkan infeksi SARS-CoV-2 asli dari 2020, varian Delta dan varian Omicron terbaru.

Baca juga: WHO: Omicron Mengancam Kelompok Rentan 

Terpenting, pencegahan semaksimal mungkin

Menanggapi studi itu, ahli patologi klinik Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Tonang Dwi Ardyanto menyebutkan, gejala keparahan yang diakibatkan Omicron sebenarnya relatif.

"Kalau saya, anggap saja lah bahwa sebenarnya apa pun variannya, Covid-19 itu ya sama saja bentuk-bentuk gejalanya. Variasi yang terjadi, lebih ke variasi individual pasiennya," kata Tonang saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (17/12/2021).

Ia menilai, penelitian itu bisa dipahami secara kasus perorangan.

Jika  terjadi infeksi dan virusnya bereplikasi dengan cepat di saluran pernapasan, maka jumlahnya sangat tinggi.

Meski replikasi Omicron lebih lambat di paru-paru, tetapi jumlah di saluran napas sangat tinggi, pada akhirnya tentu tetap berisiko besar.

Oleh karena itu, kunci menghadapi varian Omicron adalah mencegah semaksimal mungkin virus masuk ke dalam tubuh.

Baca juga: Rekomendasi Ahli, Masker Terbaik untuk Cegah Varian Omicron

"Kemudian perkuat imunitas tubuh kita, agar yang terpaksa bisa menerobos masuk, bisa kita hambat semaksimalnya," kata Tonang.

"Dalam skala masyarakat, bila jumlah kasus yang terinfeksi melonjak tinggi, berarti juga risiko bisa sampai melebihi kapasitas pelayanan kesehatan. Akibatnya tetap menjadi masalah besar," ujar dia.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Cara Pantau Penyebaran Varian Omicron di Dunia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

8 Situasi yang Bisa Membuat Kucing Peliharaan Anda Kesal

8 Situasi yang Bisa Membuat Kucing Peliharaan Anda Kesal

Tren
Ilmuwan Temukan Virus Tertua di Dunia, Berusia 50.000 Tahun yang Berasal dari Manusia Purba

Ilmuwan Temukan Virus Tertua di Dunia, Berusia 50.000 Tahun yang Berasal dari Manusia Purba

Tren
Sosok Dian Andriani Ratna Dewi, Jenderal Bintang 2 Perempuan Pertama di TNI AD

Sosok Dian Andriani Ratna Dewi, Jenderal Bintang 2 Perempuan Pertama di TNI AD

Tren
Erick Thohir Bertemu KNVB untuk Jalin Kerja Sama, Ini Poin-poin yang Direncanakan

Erick Thohir Bertemu KNVB untuk Jalin Kerja Sama, Ini Poin-poin yang Direncanakan

Tren
Mengenal 'Kidult', Dewasa Muda di Zona Nyaman Masa Kecil

Mengenal "Kidult", Dewasa Muda di Zona Nyaman Masa Kecil

Tren
Revisi UU MK dan Catatan Panjang Pembentukan Undang-Undang 'Kejar Tayang' Era Jokowi

Revisi UU MK dan Catatan Panjang Pembentukan Undang-Undang "Kejar Tayang" Era Jokowi

Tren
Bangsa yang Menua dan Kompleksitas Generasi Muda

Bangsa yang Menua dan Kompleksitas Generasi Muda

Tren
Duet Minions Berakhir Usai Kevin Sanjaya Pensiun, Siapa Penerusnya?

Duet Minions Berakhir Usai Kevin Sanjaya Pensiun, Siapa Penerusnya?

Tren
Google Perkenalkan Produk AI Baru Bernama Project Astra, Apa Itu?

Google Perkenalkan Produk AI Baru Bernama Project Astra, Apa Itu?

Tren
9 Potensi Manfaat Edamame untuk Kesehatan, Termasuk Mengurangi Risiko Diabetes

9 Potensi Manfaat Edamame untuk Kesehatan, Termasuk Mengurangi Risiko Diabetes

Tren
Warganet Keluhkan Harga Tiket Laga Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 yang Mahal, PSSI: Kami Minta Maaf

Warganet Keluhkan Harga Tiket Laga Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 yang Mahal, PSSI: Kami Minta Maaf

Tren
Korban Banjir Bandang Sumbar Capai 67 Orang, 20 Masih Hilang, 3 Belum Teridentifikasi

Korban Banjir Bandang Sumbar Capai 67 Orang, 20 Masih Hilang, 3 Belum Teridentifikasi

Tren
5 Manfaat Minum Teh Earl Grey Setiap Hari, Mengusir Sedih dan Menurunkan Berat Badan

5 Manfaat Minum Teh Earl Grey Setiap Hari, Mengusir Sedih dan Menurunkan Berat Badan

Tren
Ramai Larangan 'Study Tour' Imbas Tragedi Bus Ciater, Menparekraf: Bukan Salah Kegiatan

Ramai Larangan "Study Tour" Imbas Tragedi Bus Ciater, Menparekraf: Bukan Salah Kegiatan

Tren
50 Instansi yang Sudah Umumkan Formasi CPNS dan PPPK 2024, Mana Saja?

50 Instansi yang Sudah Umumkan Formasi CPNS dan PPPK 2024, Mana Saja?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com