Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Sudah Prediksi Omicron di Indonesia Sebelum Diumumkan, Ini Alasannya

Kompas.com - 17/12/2021, 17:45 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia telah mengonfirmasi satu kasus varian Covid-19 Omicron pada Kamis (16/12/2021).

Hal itu disampaikan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers virtual.

"Ada tiga orang pekerja kebersihan di Wisma Atlet yang pada 8 Desember lalu dites dan hasilnya positif (Covid-19). Kemudian, pada 10 Desember dikirim ke Balitbangkes untuk dilakukan genome sequencing," kata Budi.

"Hasilnya keluar pada 15 Desember, yakni dari tiga orang yang positif tadi, satu orang dipastikan terdeteksi (terpapar) varian Omicron," lanjutnya.

Jauh sebelum itu, ahli Patologi Klinis Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Tonang Dwi Ardyanto telah menduga bahwa varian Omicron sebenarnya sudah menyebar di Indonesia.

Baca juga: WHO Rilis Rekomendasi Sementara Mencampur dan Mencocokkan Vaksin Covid-19

Prediksi Omicron masuk Indonesia

Dugaan tersebut, dia sampaikan sepuluh hari sebelum pengumuman kasus pertama Omicron, yaitu pada 7 Desember 2021.

Saat itu, Tonang memberikan beberapa alasan yang melatarbelakangi dugaan tersebut.

Pertama, sebagian besar kasus karena Omicron tanpa atau hanya gejala ringan, seperti juga laporan dari Afrika Selatan dan beberapa negara lain yang sudah melaporkan kasusnya.

Kedua, jumlah tes PCR Indonesia yang masih di bawah ambang, meskipun rata-rata tes dilaporkan antara 180-200 ribu per hari.

Dia menjelaskan, tak perlu banyak teori untuk menduga adanya Omicron di Indonesia.

"Logikanya sederhana, penyebarannya sangat cepat, dalam waktu dekat sudah meluas. Negara sekitar kita sudah melaporkan, sementara mobilitas kita bepergian luar negeri itu banyak," kata Tonang, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (17/12/2021).

Baca juga: Sudah Terdeteksi di Indonesia, Ini 7 Hal yang Perlu Diketahui soal Omicron

Menurut dia, orang yang terinfeksi Omicron biasanya tanpa gejala atau bergejala ringan.

Hal ini membuat banyak orang tak langsung melakukan tes PCR.

Seseorang baru melakukan tes PCR, ketika ada suatu hal yang diperlukan, misalnya untuk memenuhi syarat bepergian.

"Kalau tidak ada gejala kan tidak mungkin periksa, jadi tidak ketahuan. Kecuali kalau bepergian, baru ketahuan," jelas dia.

"Kalau kemudian mendeteksinya baru kemarin, ya itu tadi. Kalau orang ini tidak di RS Wisma Atlet, mungkin ya tidak diperiksa," sambung Tonang.

Baca juga: Oknum Polisi dan Pentingnya Reformasi Kultural Polri

Masyarakat tak perlu takut dan tetap waspada

Karena logika itu, Tonang menyebut, sangat mungkin varian Omicron sudah menyebar di level komunitas.

Kendati demikian, dia meminta agar masyarakat tak perlu takut, tetapi tetap waspada.

"Jangan dilebih-lebihkan, harus masker model apa-apa, tetap seperti biasa, pakai dengan disiplin dan benar. Itu yang kita harapkan. Pakai masker yang benar itu bagaimana? Ya harus menutup hidung sampai dagu dan 3 lapis," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ratusan Monyet Mati dan Terancam Punah di Meksiko, Diduga karena Gelombang Panas

Ratusan Monyet Mati dan Terancam Punah di Meksiko, Diduga karena Gelombang Panas

Tren
Kronologi Jampidsus Kejagung Dibuntuti Densus 88, Diduga Terkait Pengusutan Korupsi Timah

Kronologi Jampidsus Kejagung Dibuntuti Densus 88, Diduga Terkait Pengusutan Korupsi Timah

Tren
Terima Kasih, Prof. Salim Said

Terima Kasih, Prof. Salim Said

Tren
10 Aktivitas yang Dapat Meningkatkan Stamina, Mudah Dilakukan

10 Aktivitas yang Dapat Meningkatkan Stamina, Mudah Dilakukan

Tren
Bukan Segitiga Bermuda, Ini Jalur Laut Paling Berbahaya di Dunia

Bukan Segitiga Bermuda, Ini Jalur Laut Paling Berbahaya di Dunia

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Fosfor, Sehatkan Tulang tapi Perlu Dibatasi Penderita Gangguan Ginjal

7 Pilihan Ikan Tinggi Fosfor, Sehatkan Tulang tapi Perlu Dibatasi Penderita Gangguan Ginjal

Tren
Film Vina dan Fenomena 'Crimetainment'

Film Vina dan Fenomena "Crimetainment"

Tren
5 Efek Samping Minum Kopi Susu Saat Perut Kosong di Pagi Hari

5 Efek Samping Minum Kopi Susu Saat Perut Kosong di Pagi Hari

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah Indonesia Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 24-25 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Indonesia Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 24-25 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Pencairan Jaminan Pensiun Sebelum Waktunya | Prakiraan Cuaca BMKG 24-25 Mei

[POPULER TREN] Pencairan Jaminan Pensiun Sebelum Waktunya | Prakiraan Cuaca BMKG 24-25 Mei

Tren
Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Rumput Lapangan GBK Jelang Kualifikasi Piala Dunia usai Konser NCT Dream Disorot, Ini Kata Manajemen

Tren
Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Bukan UFO, Penampakan Pilar Cahaya di Langit Jepang Ternyata Isaribi Kochu, Apa Itu?

Tren
5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

5 Tokoh Terancam Ditangkap ICC Imbas Konflik Hamas-Israel, Ada Netanyahu

Tren
Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Taspen Cairkan Gaji ke-13 mulai 3 Juni 2024, Berikut Cara Mengeceknya

Tren
Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis 'How to Make Millions Before Grandma Dies'

Gaet Hampir 800.000 Penonton, Ini Sinopsis "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com