Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Oknum" Polisi dan Pentingnya Reformasi Kultural Polri

Kompas.com - 17/12/2021, 12:15 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tindakan yang dilakukan sejumlah anggota kepolisian membuat Kepolisian Republik Indonesia (Polri) kerap menjadi sorotan publik.

Beberapa waktu belakangan ini, sejumlah peristiwa yang melibatkan oknum anggota kepolisian menjadi perbincangan.

Peristiwa itu di antaranya kematian seorang mahasiswi di Malang. Mahasiswi itu melakukan bunuh diri setelah dipaksa pacarnya yang merupakan seorang polisi untuk menggugurkan kandungannya.

Permintaan untuk menggugurkan kandungan itu telah dilakukan dua kali oleh pacarnya itu.

Beberapa hari lalu, viral unggahan seorang warga di Jakarta yang melaporkan tindakan perampokan yang dialaminya. Saat melaporkan ke polisi, dia justru diceramahi dan diminta pulang ke rumah.

Terbaru, beredar video viral mobil polisi yang tak melakukan tindakan apa pun ketika melintasi lokasi tabrak lari. Di tempat kejadian perkara, ada korban yang tengah tergeletak. 

Apa yang harus dilakukan Polri untuk membenahi institusinya dan tak hanya menganggap sebagai tindakan oknum?

Baca juga: Tagar #PercumaLaporPolisi dan Pesan Jokowi agar Polisi Lindungi Warga

Reformasi kultural

Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Poengky Indarti menilai, Polri perlu menggelorakan kembali semangat reformasi kultural.

Reformasi kultural Polri adalah reformasi yang mengubah mindset dan culture set pimpinan dan seluruh anggota Polri.

"Oleh karena itu perubahannya menyeluruh. Mulai dari seleksi, rekrutmen, pendidikan, hingga penugasan harus berubah dan menyesuaikan reformasi," kata Poengky saat dihubungi Kompas.com, Kamis (16/12/2021).

Ia menjelaskan, pada masa reformasi, masyarakat berharap agar polisi mejadi polisi sipil yang humanis dan menghormati hak asasi manusia (HAM).

Menurut Poengky, hal itu terjadi karena pada era 1961-1999, Polri bersama ABRI di bawah Menhankam atau Pangab. Hal ini, kata Poengky, menjadikan watak polisi menjadi militeristik karena direkrut dan dididik dengan cara militer, serta menggunakan kekerasan berlebihan. 

Baca juga: Viral, Cerita Korban Perampokan di Jaktim Dimarahi Polisi Saat Melapor

"Pimpinan dan seluruh anggota Polri tidak boleh lagi berwatak militeristik, menggunakan kekerasan berlebihan, arogan, pungli serta gaya hidup hedonis," jelas dia.

"Semua harus berubah menjadi humanis, profesional, serta menjunjung tinggi HAM," kata Poengky.

Poengky mengatakan, perubahan mindset dan culture set memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Upaya keras harus dilakukan dan dibutuhkan pemimpin yang bersih untuk memberi teladan baik kepada para anggotanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com