Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Kurir COD Dimaki Konsumen, Apa yang Harus Diperbaiki?

Kompas.com - 23/05/2021, 14:12 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dalam dua pekan terakhir, di media sosial beredar sejumlah video yang memperlihatkan konsumen marah dan memaki kurir pengantar barang untuk transaksi belanja online dengan sistem pembayaran di tempat atau cash on delivery (COD).

Pembeli merasa tidak puas dengan barang yang dipesan sehingga menumpahkan kekesalannya kepada kurir dan tidak mau membayar pesanannya. 

Jika dilihat konsep dasarnya, sesungguhnya sistem COD ini melibatkan 3 pihak sekaligus dalam sebuah transaksi jual-beli: penjual, ekspedisi/kurir, dan pembeli.

Sebelumnya, Ketua Yayasan Layanan Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi, mengatakan, dari kasus-kasus yang terjadi, perlu edukasi kepada konsumen agar dapat memahami soal sistem COD.

"Itu kan sebenarnya satu ironi ya, masih rendahnya pemahaman konsumen terhadap digital economy secara keseluruhan atau transaksi secara digital," kata Tulus, saat dihubungi Kompas.com, 16 Mei 2021.

Selain itu, Tulus menyebutkan, konsumen selayaknya bisa membedakan permasalahan apa yang bisa dikomplain kepada kurir, dan seperti apa yang menjadi urusan penjual. 

"Misalnya kita membeli nasi goreng, yang dikomplain itu apanya? Apakah rasa nasi goreng, harga nasi goreng, atau apanya? Ini yang mesti dikomplain adalah penjual nasi gorengnya, bukan kurirnya," jelas dia.

"Tapi kalau yang bermasalah itu kurirnya, misal barang yang dikirim rusak atau terlambat, itu yang harus dikomplain kurirnya," lanjut Tulus.

Baca juga: Video Viral Pembeli Maki Kurir Saat COD, YLKI: Literasi Digital Rendah

Dihubungi terpisah, aktivis digital Enda Nasution menyebutkan, ada sejumlah hal yang perlu dikritisi dalam permasalahan ini.

Dari sejumlah kasus yang terjadi, ada yang menyuarakan agar sistem COD dihapuskan karena kerap merugikan pihak kurir.

Enda berpandangan, sistem ini masih banyak diminati sehingga yang lebih penting dilakukan adalah edukasi kepada konsumen.

"Setahu saya, pilihan pembayaran dengan cara COD paling banyak justru yang menggunakan, karena dianggap paling aman, dan risiko kecil untuk pembeli. Tapi memang butuh edukasi agar semua nyaman ya, dari marketplace, penjual, dan pembelinya juga," kata Enda, Minggu (23/5/2021).

Selain perlunya literasi bagi semua pihak tentang sistem COD, teknis dari sistem COD itu sendiri juga perlu untuk disesuaikan.

"Sebenarnya agak dilematis juga ya. Kalau saya perhatikan, kasus-kasus yang muncul sekarang kan kalau COD maunya konsumen cek dulu barangnya. Kalau oke dan sesuai, baru bayar. Tapi prosedur kurir sekarang itu harus bayar dulu baru boleh dicek barangnya. Itu kayaknya yang bikin banyak orang frustrasi," ujar dia.

Sementara itu, kurir atau petugas ekspedisi memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam sistem pembayaran COD.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Tren
Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Tren
Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Tren
Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Tren
9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

Tren
MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

Tren
Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Tren
Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tren
Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Tren
Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Tren
China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

Tren
Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Tren
Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Tren
Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com