KOMPAS.com - Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya pada tahun 1293.
Letak Kerajaan Majapahit berada di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.
Semasa berdiri hingga sekitar tahun 1520-an, Majapahit dikenal sebagai kerajaan maritim yang masyhur.
Kejayaannya tidak lepas dari peran Prabu Hayam Wuruk, raja Kerajaan Majapahit yang memerintah dari tahun 1350 hingga 1389.
Selain itu, Majapahit diketahui sebagai kerajaan yang toleran dengan keberagaman agamanya.
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha. Pada masanya, ditemukan pula bukti-bukti bahwa Islam telah berkembang dan dipeluk oleh penduduknya.
Bagaimana corak kehidupan keagamaan masyarakat Kerajaan Majapahit?
Baca juga: Mengenal Pendiri Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit menetapkan dua agama resmi, yakni Siwa dan Buddha.
Corak agama Kerajaan Majapahit dapat diketahui berdasarkan keterangan dalam Prasasti Waringinpitu, yang dikeluarkan oleh Raja Kertawijaya pada tahun 1447.
Prasasti tersebut menyebut nama-nama pejabat birokrasi kerajaan di pusat.
Di antaranya adalah Dharmmadhyaksa ring kasaiwan atau pejabat yang mengurusi agama Siwa. Satu lagi adalah Dharmmadhyaksa ring kasogatan atau pejabat yang mengurusi agama Buddha.
Dengan luasnya kekuasaan, penduduk Kerajaan Majapahit memiliki kepercayaan yang bermacam-macam. Ada yang memeluk Hindu, Buddha, Siwa-Buddha, dan ada yang masih percaya dengan kejawen atau animisme.
Ajaran Siwa-Buddha merupakan sinkretisme dari agama Hindu dan Buddha di Nusantara. Ajaran ini sudah dikenal sejak era Mataram Kuno.
Baca juga: Corak Agama Kerajaan Mataram Kuno
Salah satu bukti bahwa Kerajaan Majapahit bercorak Hindu-Buddha dan sangat toleran adalah, Prabu Hayam Wuruk yang menganut Hindu Siwassidharta dapat hidup berdampingan dengan ibunya, Tribhuana Tunggadewi yang menganut Buddha.
Pada perkembangannya, peran agama Buddha semakin menghilang ketika Majapahit berada diakhir kejayaannya.