Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Corak Agama Kerajaan Sriwijaya

Kompas.com - 12/01/2024, 16:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan bercorak Buddha di Indonesia, yang pernah berdiri dari abad ke-7 hingga abad ke-13.

Letak Kerajaan Sriwijaya diduga kuat berada di Palembang, Sumatera Selatan.

Pada masa kejayaannya, Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan maritim yang masyhur dan menjadi pusat penyebaran agama Buddha.

Informasi mengenai corak agama Kerajaan Sriwijaya didapatkan dari sumber-sumber sejarah yang telah ditemukan, seperti prasasti, candi, dan catatan-catatan asing.

Baca juga: 7 Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang Berisi Kutukan

Kehidupan agama Kerajaan Sriwijaya

Sejak abad ke-7, Kerajaan Sriwijaya telah dikenal sebagai pusat penyebaran agama Buddha di kawasan Asia Tenggara.

Hal itu diketahui berdasarkan catatan I-Tsing, yang menjadi catatan tertua dan terpenting tentang corak Kerajaan Sriwijaya.

I-Tsing adalah biksu dari China yang dikenal sebagai seorang penjelajah dan penerjemah teks agama Buddha.

Dalam pelayarannya dari China ke India untuk memperdalam ajaran Buddha, I-Tsing pernah singgah kemudian tinggal di Kerajaan Sriwijaya.

Perkembangan kehidupan beragama Kerajaan Sriwijaya menurut I-Tsing sangat baik.

Pada kunjungan pertamanya (671-672), I-Tsing menghabiskan enam bulan di Sriwijaya untuk belajar bahasa Sanskerta dan Melayu.

Setelah itu, ia melanjutkan perjalanan ke Nalanda di India, yang menjadi pusat pendidikan agama Buddha saat itu, dan tinggal selama 11 tahun untuk memperdalam ilmunya.

Baca juga: I-Tsing, Biksu China yang Memperdalam Agama Buddha di Sriwijaya

Pada 687, I-Tsing kembali singgah di Kerajaan Sriwijaya ketika akan kembali ke China.

Saat itu, Palembang telah menjadi pusat penyebaran agama Buddha dan I-Tsing tinggal selama dua tahun untuk menerjemahkan kitab suci Buddha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Mandarin.

Pada 689, I-Tsing sempat kembali ke China untuk mendapatkan tinta dan kertas yang belum dimiliki Sriwijaya.

Masih di tahun yang sama, ia kembali ke Sriwijaya dan tinggal hingga 695 untuk menyelesaikan misinya dalam menerjemahkan kitab suci Buddha.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com