Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

I-Tsing, Biksu China yang Memperdalam Agama Buddha di Sriwijaya

Kompas.com - 10/07/2021, 10:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sumber Kemdikbud

KOMPAS.com - I-Tsing adalah biksu dari China yang dikenal sebagai seorang penjelajah dan penerjemah teks agama Buddha.

Ia adalah pengembara China yang dijadikan sebagai dasar alasan para ahli sejarah dalam mengemukan teori masuknya Islam yakni pada abad ke-7.

Catatan perjalanannya pada abad ke-7 merupakan sumber penting bagi sejarah kerajaan abad pertengahan di sepanjang jalur laut antara China dan India.

Dalam pelayarannya dari China ke India untuk memperdalam ajaran Buddha, I-Tsing pernah tinggal di nusantara, khususnya di Sriwijaya, dalam waktu yang cukup lama.

Bahkan catatan tertua tentang Sriwijaya diketahui dibuat oleh I-Tsing.

Sepanjang hidupnya, I-Tsing diperkirakan telah menerjemahkan ratusan teks Buddha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Mandarin.

Awal perjalanan ke Sriwijaya

I-Tsing lahir di Yanjing, China, pada 635 Masehi dan menjadi biksu pada usia 14 tahun.

Ia adalah pengagum Fa Hien atau Faxian, seorang biksu China terkenal yang melakukan perjalanan ke India pada abad ke-4.

Berkat beasiswa dari seorang dermawan bernama Fong, I-Tsing memutuskan untuk mengunjungi Nalanda, pusat pendidikan agama Buddha di India saat itu.

Ia mengembara dari Guangzhou dengan menumpang kapal dagang dan singgah di Sriwijaya.

Pada kunjungan pertamanya (671-672), I-Tsing menghabiskan enam bulan di Sriwijaya untuk belajar bahasa Sanskerta dan Melayu.

Dari situ, ia melanjutkan perjalanan ke negeri Melayu, Kedah, hingga tiba di pantai timur India.

Di India, I-Tsing tinggal selama 11 tahun untuk mempelajari agama Buddha.

Baca juga: Kekaisaran Maurya: Sejarah, Raja-Raja, Masa Kejayaan, dan Kehidupan

Kunjungan kedua ke Sriwijaya

Pada 687, I-Tsing kembali singgah di Kerajaan Sriwijaya ketika akan kembali ke China.

Saat itu, Palembang telah menjadi pusat penyebaran agama Buddha dan I-Tsing tinggal selama dua tahun untuk menerjemahkan kitab suci Buddha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Mandarin.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Sumber Kemdikbud
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com