Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Serangga Tertarik dengan Cahaya Buatan?

Kompas.com - 06/02/2024, 13:00 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Anda mungkin tidak asing lagi dengan pemandangan serangga yang terbang di sekitar lampu teras di malam hari, terutama saat musim hujan.

Mereka akan mengelilingi sumber cahaya buatan itu tanpa henti.

Baca juga: Seperti Apa Asal-usul Sayap Serangga?

Para ahli dan pengamat hewan telah mengemukakan berbagai alasan untuk mencoba menjelaskan perilaku tersebut, namu tidak ada yang memberikan bukti kuat.

Apalagi hipotesis juga sulit diuji karena serangga yang terbang sulit diamati.

Kini penelitian yang dipublikasikan di Nature Communications akhirnya memecahkan misteri tersebut.

Tertarik cahaya buatan

Mengutip Scientific American, Kamis (1/2/2024) dalam studi tersebut, peneliti memfilmkan ngengat, capung, dan serangga lainnya dengan kamera berkecepatan tinggi.

Tim mengumpulkan 477 video yang merekam 10 ordo serangga, kemudian menggunakan peralatan komputer untuk melacak jalur terbang serangga tersebut.

Rekaman ini mengungkapkan bahwa serangga yang terbang berputar-putar di sekitar lampu teras tidak tertarik oleh cahaya itu.

Sebaliknya, mereka mungkin kehilangan jejak ke arah mana mereka terbang.

Cahaya buatan mengacaukan kemampuan serangga untuk mengarahkan diri mereka ke cakrawala, mengacaukan mengenai arah naik dan turun dan menyebabkan mereka terbang berputar-putar dengan bingung.

Temuan ini pun berhasil memberi pandangan baru mengenai mengapa serangga tertarik pada cahaya buatan.

Baca juga: Seberapa Tinggi Serangga Bisa Terbang?

"Saya sangat senang ketika membaca makalan ini, karena untuk pertama kalinya makalah memberikan jawaban yang memuaskan terhadap fenomena yang sudah lama menjadi teka-teki ilmu pengetahun," kata Florian Altermatt, ahli ekologi di Universitas Zurich, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

"Dari sudut pandang ilmiah, menarik untuk melihat bahwa penjelasan ini sebenarnya cukup sederhana, berbeda dengan teori sebelumnya yang lebih rumit," katanya lagi.

Avalon Owens, ahli entomologi di Universitas Harvard, yang juga tidak berpartisipasi dalam penelitian ini, setuju bahwa sangat menarik untuk memiliki pengamatan baru terhadap fenomena yang mungkin telah diamati dan ditanyakan manusia selama ribuan tahun.

“Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi kamera berkecepatan tinggi, studi telah menemukan sesuatu yang sama sekali belum terdeskripsikan dan sejujurnya tidak terduga,” paparnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com