Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/04/2024, 08:00 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - Rayap adalah arsitek alam. Sarang yang mereka bangun bisa mencapai ketinggian beberapa meter dengan struktur yang rumit.

Pertanyaannya bagaimana ribuan atau bahkan jutaan serangga itu berkoordinasi untuk membangun sarang yang kokoh dan fungsional bagi koloni?

Baca juga: Kala Para Ilmuwan Belajar Bikin Bangunan Ramah Lingkungan dari Rayap

Studi baru yang dipublikasikan di jurnal eLife, kini telah mengidentifikasi mekanisme unik yang digunakan rayap untuk menyelesaikan tugas luar biasa tersebut.

Membuat sarang rayap

Mengutip Phys, Jumat (12/4/2024) untuk mengetahuinya peneliti melakukan percobaan pada rayap spesies Coptotermes gestoi (berasal dari Asia Selatan tapi sudah menyebar ke pantai timur Amerika Serikat) di laboratorium.

Para peneliti membuat arena kecil dengan struktur buatan dengan ketinggian dan bentuk berbeda dengan menggunakan tanah liat basah.

Mereka kemudian mengumpulkan populasi kecil rayap dari koloni yang lebih besar dan mengukur perilaku bangunan mereka sebagai respons terhadap struktur tersebut dengan melacak aktivitas semua rayap dalam populasi tersebut, sekaligus mengkarakterisasi perubahan dalam struktur 3D.

Dengan cara ini, berbagai hipotesis dapat diuji untuk menemukan mekanisme koordinasi yang digunakan dalam membangun sarang.

Hipotesis pertama adalah rayap diyakini memaparkan zat kimia bernama feromon pada bahan bangunan sarang.

Baca juga: Peneliti Temukan Gundukan Rayap yang Luasnya Hampir 2 Kali Pulau Jawa

Paparan itu memberi tahu rayap menuju lokasi di mana harus membangun. Dengan cara tersebut, tindakan seekor rayap pun dapat memicu aktivitas lainnya.

Hipotesis lain adalah rayap mungkin dapat merasakan kelengkungan substrat bangunan yang lebih tinggi.

Faktanya, ketika rayap dihadapkan dengan rangsangan buatan yang diberikan dalam percobaan, mereka selalu memilih untuk membangun di lokasi dengan kelengkungan tertinggi.

Pemodelan sebelumnya menunjukkan bahwa penambahan materi secara terus-menerus pada lokasi sarang dengan kelengkungan tertinggi cukup menghasilkan struktur kompleks.

Bagaimana rayap bisa merasakan kelengkungan struktur ini kemungkinan karena ada hubungannya dengan sensitivitas mereka terhadap penguapan air dan kelembapan.

"Rayap hanya perlu menambahkan material untuk membangun tergantung pada kelembapan setempat. Namun material yang mereka tambahkan pada gilirannya mengubah semua pola penguapan dan kelembapan sehingga mendorong rayap lain untuk membangun sarang hingga dihasilkan struktur yang sangat kompleks," kata Giulio Facchini, penulis pertama studi dan peneliti di CNRS Institut Matière et Systèmes Complexes di Paris, Prancis.

Baca juga: Meski Tanpa Penjantan, Rayap Jepang Ini Tetap Bisa Bereproduksi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com