Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mandar Aldabra, Burung yang Bangkit dari Kepunahan

Kompas.com - 04/02/2024, 21:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

 

KOMPAS.com - Terletak di lepas pantai tenggara Afrika, di utara Madagaskar, pulau-pulau batu kapur karang di atol Aldabra adalah rumah bagi seekor burung sederhana namun menakjubkan.

Burung tersebut ialah burung mandar Aldabra (Dryolimnas cuvieri aldabranus) yang telah dua kali berevolusi dan menjadi tidak bisa terbang.

Mandar Aldabra kira-kira berukuran sebesar ayam, dengan punggung berwarna abu-abu berbintik-bintik, kepala dan dada berwarna merah berkarat. Ia merupakan satu-satunya burung yang tidak bisa terbang yang masih hidup di Samudera Hindia, berkat kepunahan burung seperti dodo (Raphus cucullatus) yang disebabkan oleh manusia.

Sebuah studi tahun 2019 yang diterbitkan dalam Zoological Journal of the Linnean Society meneliti catatan fosil mandar di Aldabra dan menemukan bukti adanya burung yang tidak dapat terbang di atol tersebut sebelum tenggelam di bawah gelombang 136.000 tahun yang lalu.

Baca juga: Mengapa Burung Merpati Suka Menganggukkan Kepala?

Menurut Julian Hume, peneliti dan ahli paleontologi di Natural History Museum, London, peristiwa ini menyebabkan pergantian fauna yang hampir menyeluruh.

Genangan yang berlangsung hingga sekitar 118.000 tahun yang lalu ini mengakibatkan punahnya subspesies burung mandar yang tidak bisa terbang, namun kemudian sesuatu yang luar biasa terjadi.

Ketika atol tersebut muncul kembali, mandar leher putih (white-throated rail), yang mampu terbang, mengkolonisasi kembali atol tersebut dan mulai berevolusi menjadi tidak dapat terbang lagi.

Para peneliti menemukan bahwa fosil kaki dari mandar Aldabra yang berasal dari sekitar 100.000 tahun yang lalu lebih berat dan lebih kuat dibandingkan dengan mandar leher putih. Menurut penulis penelitian, hal ini menunjukkan mandar Aldabra di atol semakin berat dan kehilangan kemampuan untuk terbang.

Ketidakmampuan terbang tampaknya menjadi sifat yang bermanfaat dalam lingkungan ini. Burung-burung ini bertelur di tanah, jadi memiliki kaki yang kuat untuk berlari segera setelah menetas dapat membantu mereka bertahan hidup.

Baca juga: Studi Ungkap 1400 Spesies Burung Punah karena Manusia, Kok Bisa?

Menurut Hume, seiring pertumbuhannya, hal terakhir yang berkembang pada mandar Aldabra adalah otot dada dan otot sayap.

Karena kehilangan kemampuannya untuk terbang sekali lagi, mandar Aldabra pada dasarnya telah berevolusi dua kali, mereka bangkit dari kematian melalui proses yang disebut "evolusi berulang", yakni ketika suatu spesies punah, namun kemudian spesies lain muncul dan mengembangkan sifat yang sama hingga menjadi hampir identik dengan yang punah.

Hume menegaskan, ini bukan seperti dua spesies berbeda yang berkoloni dan tidak bisa terbang. Mereka berasal dari nenek moyang burung yang sama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com