Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/06/2023, 17:01 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Bayi lahir dengan ekor, mungkin terdengar seperti dongeng. Akan tetapi, faktanya dalam kasus yang sangat jarang, manusia dapat dilahirkan dengan 'ekor'.

Kadang-kadang ekor yang muncul pada bayi yang dilahirkan bisa memiliki panjang hingga 18 Cm.

Hingga saat ini, catatan resmi tentang kondisi tersebut tercatat sudah ada sekitar 40 bayi yang lahir dengan 'ekor', tonjolan seperti jari yang lembut, tanpa tulang yang mudah diangkat melalui operasi.

Sayangnya, tidak banyak ahli yang mempelajari tentang ekor yang muncul ada bayi yang baru dilahirkan.

Salah satu alasannya adalah kasus bayi lahir dengan ekor yang jarang terjadi, sehingga cenderung membuat minat yang rendang untuk mempelajarinya. 

Apalagi ada beberapa anggapan bahwa ekor bayi yang tumbuh tersebut merupakan sesuatu yang jinak dan merupakan sisa-sisa evolusioner dari nenek moyang telah lama hilang.

Baca juga: Mengapa Kanker Jantung Jarang Ditemukan?

Hanya saja anggapan tersebut kurang tepat. Bayi yang lahir dengan ekor itu bahkan perlu mendapatkan perhatian medis.

Kesalahpahaman asal-usul ekor bayi

Dikutip dari Science Alert, Senin (26/6/2023) kesalahpahaman tentang asal-usul ekor dimulai dari Charles Darwin.

Lebih dari seabad lalu, Darwin mengusulkan bahwa sisa-sisa ekor yang tumbuh pada manusia adalah kecelakaan evolusioner, karena nenek moyang primata kita memang berekor.

Akan tetapi itu ternyata bukan termasuk sisa evolusioner seperti yang dibilang Darwin, melainkan terkait dengan cacat lahir yang merupakan perpaduan yang tidak lengkap dari tulang belakang, yang dikenal sebagai disrafisme tulang belakang.

Kelainan tersebut menunjukkan pembentukan ekor pada bayi merupakan gangguan yang mengkhawatirkan dalam pertumbuhan embrio, bukan sesuatu sederhana seperti yang diperkirakan sebelumnya.

Baca juga: Mengapa Rabies Sering Terjadi pada Anak-anak?

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com