KOMPAS.com- Islam memiliki kalender sendiri yang biasanya disebut dengan kalender Hijriyah atau Hijriah, dan ini berbeda dengan perhitungan dalam kalender Masehi.
Ada beberapa hal mengenai kalender Islam atau tahun Hijriah yang perlu Anda ketahui, baik mulai dari sejarah, dan penentuan kalender islam secara global dari perspektif astronomi.
Awal mula penanggalan Hijriyah ditetapkan yakni pada masa kekhilafahan Umar bin Khattab, 17 tahun setelah hijrahnya Rasulullah SAW.
Pembuatan kalender hijriah atau kalender umat islam ini dilandasi setelah ditemukannya kesulitan mengidentifikasi dokumen yang tidak bertahun.
Kemudian hijrah Rasulullah SAW akhirnya sepakat dipilih dari sekian usulan alternatif acuan tahun Islam, karena saat itulah titik awal membangun masyarakat Islami.
Terhitung dari peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW dari Kota Mekkah ke Madinah itu sampai saat ini kalender Hijriyah sudah memasuki tahun ke 1443. Tahun baru Islam dimulai dengan bulan Muharram.
Sampai saat ini, kalender Islam pada tahun Hijriah masih dipakai berdampingan dengan kalender Masehi.
Baca juga: Tahun Barunya Sama, Kalender Jawa dan Islam Ternyata Beda
Namun keduanya tetap memiliki perbedaan, dan yang paling jelas adalah perhitungan awal bulan Masehi dan Hijriah, serta jumlah hari dalam satu bulan.
Pakar sains astronomi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin mengatakan, dalam menentukan kalender Islam, maka saat ini masih dikotomi antara Rukyatul Hilal dan Hisab.
Kedua pendekatan tersebut, menurut Thomas, sesungguhnya kedudukannya setara dalam ilmu astronomi.
Untuk diketahui, pendekatan hisab adalah cara memperkirakan posisi bulan dan matahari terhadap bumi dengan proses perhitungan astronomis.
Sedangkan, pendekatan rukyat adalah aktivitas pengamatan visibilitas hilal atau bulan sabit (bulan baru) saat Matahari terbenam sebagai penanda awal bulan di Kalender Islami atau Kalender Hijriah.
Dalam Seminar Posisi Hilal Penentu Awal Ramadhan 1443 Hijriyah, Jumat (1/4/2022), Thomas memaparkan bahwa hilal adalah bukti paling kuat telah bergantinya periode fase bulan yang didahului bulan sabit tua dan bulan mati.
“Rasulullah hanya memberi contoh tanpa menjelaskan alasannya, tetapi secara astronomi rukyatul hilal atau pemantauan bulan sangat beralasan,” kata Thomas.
Baca juga: Sejak Kapan Orang Melihat Hilal untuk Tentukan Bulan dalam Kalender Hijriyah?